Sabtu, 06 November 2010

A Tribute to Mbah Maridjan

A Tribute to Mbah Maridjan


Kamis pagi, 28 Oktober 2010, Jalan Teknika yang membelah Kampus UGM bagian utara ramai tak seperti biasa. Puluhan orang berdiri dan duduk di atas motor yang di parkirnya di pinggir jalan. Polisi berjaga di tiap persimpangan. Bendera putih kecil bergambar palang hitam terlihat di tangan beberapa orang yang menunggu. Kerumunan bermula dari arah selatan. Dari RS Sardjito.

“Mbah Maridjan selesai diotopsi dan akan dikebumikan.” Kata seorang petugas keamanan kampus UGM.


Tepat pukul 9.45 WIB tiga sirine meraung-raung keluar dari rumahsakit. Di barisan paling depan adalah sepedamotor polisi sebagai fore-rider. Menyusul di belakangnya mobil sedan polisi, dua ambulans, mobil jenazah, ambulans, mobil sedan pejabat kampus UGM dan terakhir sepedamotor polisi lagi sebagai back-rider. Lalu satu persatu puluhan motor warga mengekor.


Konvoi melewati Jalan Teknika yang tidak begitu lebar. Di sisi kiri jalan tampak puluhan mahasiswa, dosen, karyawan dan satpam berbaris sepanjang pagar. Sebagian besar dari mereka mengarahkan kamera HP nya ke mobil janazah berwarna abu-abu gelap itu.


Memasuki Jalan Kaliurang, di kanan kiri jalan semakin banyak ‘pelayat’ berdiri ingin mengantar perjalanan terakhir sang penjaga Gunung Merapi. Pria, wanita, anak-anak dan orang dewasa berdiri memagar. Kendaraan di jalan berhenti memberi ‘hormat’, pejalan kaki mematung sampai rombongan janazah berlalu. Penjaga toko, pembeli, pedagang kaki lima, pemilik warung, pemulung, penambal ban, penjual bensin eceran, dan sebagian besar orang di Jalan Kaliurang 'mengantar' Mbah Marijan dengan tatap mata kaku, sayu dan sembap.


Pagi itu, sepanjang Jalan Kaliurang, selama beberapa detik tak ada suara manusia. Hanya sirine, megaphone, klakson dan knalpot meramaikan keadaan. Motor wartawan melaju dan melambat, ke depan, samping kiri dan belakang mobil janazah. Mengambil gambar terbaik. 'Ekor' konvoi memanjang. Motor di kiri jalan bergabung dalam iringan menuju arah pemakaman.


Di Jalan Kaliurang km7 seorang ibu di kanan jalan menaburkan bunga ke mobil janazah. Kelopak-kelopak mawar merah, putih dan merah muda berhamburan diterbangkan angin. Di km8 rombongan lalu melambat. Lalu lintas di pertigaan padat. Megaphone polisi di depan memberi instruksi agar pemakai jalan ‘mengalah’.


Bunga kembali bertaburan ke mobil jenazah di km9. Kali ini dari kiri jalan. Mbah Maridjan mendapat penghormatan tertingginya dari warga. Seorang dengan kaos lengan panjang warna hitam bertulis "Paksi Katon Yogyakarta" setia di samping mobil janazah. Dia adalah Slamet, pria paruh baya, mengenakan udeng, sebagai wakil dari Keraton Ngayogyohadiningrat. Bersama 5 paksi (pengawal) lainnya, dia ditugasi untuk mengantar si Mbah ke liang lahat.


Menurut info dari Slamet, Mbah Maridjan bertemu Sinuhun (Sultan Hamengkubuwono X) terakhir kali pada Syawalan lalu. Pertengahan Oktober 2010.


Rombongan berbelok ke kiri di Km11. Memasuki kompleks kampus UII. Janazah Mbah Maridjan akan disembahyangkan di sini. Di kampus dimana putranya, Pak Asih, bekerja sebagai staf administrasi di Fakultas MIPA.


Di aula auditorium Kahar Muzakkir itu, satu lantai di bawah Masjid Ulul Albab, janazah Mbah Maridjan, bersama dua janazah lainnya, didoakan oleh kurang lebih 150-an muslim laki-laki dan 50-an muslimah perempuan. Solat dipimpin oleh Mantan Pembantu Rektor UII, Mufti Abu Yazid. Sebelum solat janazah dimulai, sang imam memberi pengantar tentang bagaimana Mbah Maridjan berjuang dan mengabdi selama hidupnya. Juga disebutkan bahwa keluarga besar Mbah Maridjan adalah keluarga dekat dan 'orang dalam' UII. Selain Pak Asih, dua orang keponakan mendiang bintang iklan Kukubima tersebut juga bekerja di UII.


Solat selesai pukul 10.25 WIB. Rektor UII, Prof Edy Suandi Hamid memberikan ceramah. Jamaah diminta bersaksi atas kebaikan para janazah. Semua mengamini. Ceramah yang menutup prosesi solat janazah itu diakhiri dengan doa. Dengan pelan dan khidmat, Rektor bermunajat:

“Ya Allah, sebagaimana hadits Rasul-Mu Muhammad SAW, bahwa orang yang wafat karena api (hawa panas, red) adalah syuhada. Maka terimalah Mbah Maridjan dan 30-an para korban merapi sebagai jiwa yang syahid.”. Kalimat "Amiin" menggaung serempak dengan nada rendah di auditorium yang tinggi itu.


Tiga peti berbungkus kain linen putih itu lalu dibawa kembali ke mobil janazah. Kiyai, pendeta dan biksu mengawal di depan.

“Mbah Maridjan diantar para pemuka lintas agama”. Kata seorang karyawan kampus UII di belakang saya.


Sirine kembali meraung. Memecah sunyi kampus UII. Pukul 10.35 WIB. Menuju Srunen, Glagah Harjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Tempat Mbah Marijan akan dikebumikan. Tepat berdampingan dengan Mbah (kakek) nya, sang penjaga merapi yang telah digantikannya sejak 28 tahun lalu.


Perjalanan dari UII ke Dusun Srunen ditempuh sekitar 1 jam. Menjelang Srunen, banyak tenda didirikan, baik untuk pengungsi maupun sukarelawan. Tak terhitung spanduk iklan produk, LSM, badan pemerintahan maupun partai polltik. Semua ambil bagian dalam musibah merapi ini.


Di kampung yang tinggi itu, jumlah pelayat membludak. Dari rombongan janazah, warga lokal, tamu dari Jakarta, petugas keamanan dan sebagainya. Ribuan. Dimana-mana tampak pengamanan. Polisi, Pam Swakarsa, hingga Banser NU.


Bagi Pak Tulus, 50 tahun-an, "Pak De Maridjan adalah panutan, yang selalu memberi contoh baik bagaimana mengabdi dan setia pada amanah". Pak Tulus menikah dengan perempuan asli Srunen. Sejak itu beliau kenal Mbah Maridjan.


Ahmadi, pria muda 26 tahun, petugas keamanan dari Banser NU dari kampung lain ditugaskan khusus di pemakaman siang itu. Di tengah panas dan sesak bau hawa vulkanik, dia tetap semangat mengatur parkir kendaraan. Dia hanya tahu sedikit tentang Mbah Maridjan. Ini dilakukannya demi penghormatannya pada sosok yang dikaguminya itu.


"Beliau adalah dewan syuriah NU Yogyakarta, Mas."
"Jika ditanya tentang agamanya, Mbah Maridjan bilang, agamanya ya, NU itu."


Janazah dikebumikan sesaat setelah adzan dzuhur dikumandangkan.


Mbah Maridjan menerima tugas sebagai jurukunci gunung merapi tanpa liputan media. Sebagai orang yang bukan siapa-siapa.
Beliau mengakhiri tugasnya dengan diliput berbagai media,cetak dan elektronik, dalam dan luar negeri. Sebagai orang yang setia pada jabatan, walau harus berkorban nyawa.




Jogjakarta, 5 November 2010
Akhmad Jayadi

Senin, 27 September 2010

ABC

Aku mengajarinya membaca dari huruf I
Bukan A. Lalu huruf kedua adalah B
Ketiga bukan C. melainkan U

Cukuplah kuajari anakku, I-B-U
Dan bukan A-B-C

Jogja, 28 Sept 2010

Bukan Kebetulan

Bukan kebetulan aku bertemu dirimu.
Walau memang tiada rencana kita dahulu.
Aku memaknainya sebagai hari yang tentu.
Dari-Nya yang Maha Mengatur segala sesuatu.

Bukan kebetulan aku mengagumimu.
Atas prestasimu yang kulihat kala itu.
Aku percaya itu adalah rasionalisasi bagiku.
Dari-Nya yang Maha Memiliki jawaban atas setiap ragu.

Bukan kebetulan aku mencintaimu.
Karena cintaku tak datang sekali waktu.
Aku melewati proses yang panjang denganmu.
Walau memang tak pernah kutunjukkan rasa itu.

Bukan kebetulan aku menyatakannya padamu.
Perasaan adalah sesuatu yang juga butuh waktu.
Aku menyimpannya hingga saat yang tepat kurasa bagiku.
Walau kutahu akan terlambat untuk mendapat seorang sepertimu.

Bukan kebetulan aku tetap mencintaimu.
Karena cinta tak bisa dibuang seperti batu.
Lalu menghilang sejauh kita tinggalkan jarak dan waktu.
Cintaku mengakar dalam hatiku hingga ragakupun terpaku namamu.

Bukan kebetulan aku tetap mengangumimu.
Setelah perjuangan berat dan letih melupakanmu.
Hingga sekarat dan mati oleh sakit bernama dirimu.
Lalu kini aku hidup kembali dengan sebuah harapan baru.

Cinta, rindu dan harapanku memilikimu.
Kian membeku di sisa hari dan perjalananku.
Menjadi kristal yang semakin mengecil dan membatu.
Hingga ku tak sadar, kau telah jatuh terbuang dariku.

Maka bukan kebetulan jika aku tak mengenalmu.
Dan lupa segala tentangmu.


Jogja, 28 September 2010

Percaya

Aku ingin mendengarmu menyanyi.
Maka lantunkanlah apapun yang kau bisa.
Pasti itu akan merdu kurasa.

Aku sudah bosan menyanyi.
Tentang rinduku padamu yang tak terkira.
Yang kau jarang percaya.

Aku menunggumu menyanyi.
Hingga kau percaya.
Apa yang kurasa.

Jogja, 27 Sept 2010

Selasa, 07 September 2010

Cenderawasih Hitam

“Hey, jangan foto bertiga, berempat atau berdua saja”, seorang teman menyergah Martinus, Hugo dan Hans yang berdiri di depan kamera saya. Saya menimpali “Saya dan mereka tidak percaya mitos Jawa, kawan”. Jepret! Jadilah foto Trio Papua itu. Kami menyebut tiga teman Papua kami dengan trio karena kekompakan dan solidaritasnya, walaupun ketiganya berasal dari suku dan kabupaten berbeda.


Sesi foto ini adalah akhir dari masa kuliah matrikulasi kami. Telah empat bulan kami menempuh tiga matakuliah bersama dalam satu kelas. Selanjutnya kami akan terpisah berdasarkan konsentrasi pilihan kami. Acara perpisahan diadakan atas prakarsa beberapa teman yang menganggap bahwa kebersamaan kami selama ini sudah terlalu kental. Sudah terlalu berat rasanya untuk berpisah. Mungkin karena selama ini kami sering berkumpul, olahraga, jelajah kota, makan dan lain-lain bersama-sama.


“Pak Ketua, tolong foto saya di mobil ini”. Martinus menunjuk mobil sedan tahun 2008 warna silver milik direktur. Teman-teman tertawa. “Awas jangan dipegang Pak Tinus, nanti alarm berbunyi.” Teman dari Aceh meledek Pak Tinus, begitulah Martinus biasa dipanggil.“Ayo lekas Pak ketua, ambil dua kali.” Saya langsung beraksi. Saya tunjukkan hasilnya pada Pak Tinus. Lalu dia berpesan “Pak Ketua, jangan lupa foto ini dipasang di facebook saya.” Saya menyetujui. Dia senang.



***

Pada awal kuliah secara aklamasi dan bercanda teman sekelas menunjuk saya untuk menjadi koordinator kelas, itulah mengapa Pak Tinus –dan beberapa teman lain, memanggil saya Pak Ketua. Saya memang selalu bertanya, usul dan bicara di kelas. Ketika salah seorang dosen bertanya siapa ketua kelas kami, teman-teman langsung menunjuk saya.


Perkenalan intensif saya dengan Martinus adalah saat kami dalam satu kelompok untuk studi kasus perusahaan dalam mata kuliah manajemen. Saya sebagai ketua kelompok meminta beliau untuk ganti berbicara dalam presentasi.


Jika ada PR yang dia tidak tahu, dia selalu datang pada saya untuk kerja kelompok. Saya ajari dia matematika dan statistik. Kadang juga bahasa inggris. Pengalaman yang paling menarik adalah saat kami mengikuti tes TOEFL di pusat bahasa kampus kami. Saya mencari cara agar Martinus bisa mendapatkan jawaban dari saya. Dia duduk beberapa kursi di belakang saya. Akhirnya saya dapat trik.


Sebelum tes dimulai, saya minta padanya agar nanti saat ujian berlangsung untuk melihat tangan kiri saya –yang saya letakkan di atas paha kiri yang saya lipatkan diatas paha kanan saya. Jika jari saya menunjuk angka satu, maka jawaban A, jika dua maka B, begitu seterusnya. Tapi saya ingatkan dia bahwa ini hanya berlaku pada sesi tes listening comprehension. Untuk sesi selanjutnya tidak dimungkinkan. Hanya pada tes pendengaran inilah waktu jeda antara soal satu ke yang lainnya sangat kentara.


Rencana berjalan mulus. Hal ini saya ketahui ketika saya tanyakan padanya bagaimana hasil trik tersebut. Dia bilang oke. Ketika hasil tes diberikan beberapa minggu sesudahnya, benar jawaban Martinus untuk listening hampir persis dengan jawaban saya, hanya beda 5 jawaban. Secara mengejutkan nilai TOEFL Tinus melampaui beberapa rekan yang selama ini jauh di atas tinus dalam semua matakuliah.


Saya, lebih-lebih Tinus, sangat bahagia atas sukses trik ini, walaupun nilai total TOEFL Tinus masih belum memenuhi syarat kelulusan. Hasil tes reading dan structure Tinus terjun bebas. Sangat jomplang dengan nilai listening. Kami tertawa, “Betapa mudah sebuah sistem disiasati” begitu celoteh kami. Kami menang bersama-sama hari itu.



***

Sampai di rumah saya lihat foto perpisahaan. Tinus dengan kemeja lengan pendek, tampak kaku tangan kanannya. Ada bekas luka di sana. Saya ingat, dua minggu sebelum perpisahan itu dia mengalami kecelakaan sepedamotor. Tabrak lari di salah satu perempatan kota Jogja. Motornya rusak berat, sampai harus diservis dan ganti spare part dengan total biaya 700 ribu. Saya yang membawanya ke bengkel karena waktu itu Tinus sendiri tidur di kamarnya, merasakan sakit di sekujur tubuhnya akibat jatuh dan tergerus panas aspal.


Tidak hanya lengannya yang luka, kaki, siku dan pelipis kirinya dijahit. Hari itu dia tidak mengeluh sakit kepala, hanya kaki, lengan dan tubuhnya saja. Menurut keterangannya sendiri, di perempatan itu dia melaju ketika lampu lalu lintas sudah hijau. Tiba-tiba dari arah kiri datang sepedamotor menyeberang. Tentunya motor ini salah, karena harusnya lampu lalu lintas di depannya merah. Motor itu melaju kencang beberapa detik sesudah menabrak Tinus tepat di bagian belakang sepedamotor.


Dia datang sendiri ke rumah sakit. Dari hasil periksa dokter, katanya semua hanya luka ringan. Hanya perlu dijahit dan diolesi obat merah dan salep. Mungkin dokter dan Tinus sendiri tidak terpikir untuk periksa luka benturan kepala waktu itu. Sore hari, 5 jam setelah kecelakaan, barulah saya dan Hugo mengetahui kecelakaan Tinus. Saya menguatkan hatinya agar yakin bahwa dalam waktu dekat lukanya akan sembuh. Tinus sangat takut jika nanti pada saat ujian akhir trimester dia tidak dapat hadir ke kelas. Hugo dengan nada bercanda menyalahkan Tinus yang keluar dari pagi sampai siang hari tanpa beri kabar, bahkan tidak hadir ke gereja. Martinus kecelakaan pada hari Minggu.


“Iya, ini mungkin laknat dari Tuhan karena saya tidak sembahyang pagi itu”. Martinus meratap menyesal dengan sebenarnya. Hugo tertawa karena candanya ditanggapi dengan serius. “Setelah ini, harus lebih rajin sembahyang. Untung Cuma luka begini, kalau lebih parah bagaimana?”. Begitu Hugo mengajak Tinus untuk lebih rajin ke gereja. Tinus mengangguk. Saya tersenyum.Memang hari Minggu sepekan setelah kejadian itu Martinus dengan sangat semangat pergi ke gereja. Saya yang mengantarnya pagi-pagi. Dia membawa al-kitab di tangan kanannya. Saya menjemputnya kembali sekitar 2 jam kemudian. Pulang dari gereja wajah martinus tampak lebih ceria. Rupanya itulah sembahyang terakhirnya di Jogja.


***

Pada saat ujian akhir berlangsung, istri saya sedang cuti kerja. Maka dia ke Jogja menemani saya. Sebelumnya sudah banyak cerita yang dia dengar tentang sahabat-sahabat saya seperti Trio Papua. Istri saya berkesempatan mengenal Martinus, melebihi rekan saya lainnya. Martinus memang sering ke kos saya untuk konsultasi PR. Di situ saya biarkan istri saya mengenalnya. Saya sendiri hanya mengenal nama istri Martinus. Wajah dan orangnya belum sempat tahu. Saya berharap kelak saya bisa berjumpa dengan istri dan tiga anaknya. Nama nyonya Martinus adalah Wilhelmina. Saya tahu hal ini dari email untuk akun facebook-nya. Maritnus datang ke Jogja tanpa email. Sayalah yang membuatkannya. Sekaligus dia meminta saya untuk membuatkannya akun facebook, serta tidak lupa mengajarinya cara download video dan lagu.


Wilhelmina, nama ratu belanda di jaman penjajahan dulu, hari ini tentu telah menerima dua helai kain batik tulis Madura yang saya berikan pada Pak Tinus beberapa hari sebelum perpisahan. Martinus memilih sendiri dua batik itu. Motifnya bunga. Warnanya hijau dan merah. Katanya untuk istrinya di Nabire. Saya bersyukur bisa menghadiahkan batik itu pada sahabat saya Martinus. Saya juga sangat bangga menerima hadiah buku darinya pada bulan pertama kami kuliah. Dia membelikan saya sebuah buku pada saat kami jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan. Satu yang saya sayangkan adalah, saya tidak meminta tandatangannya. Tidak ada bukti bahwa buku itu adalah pemberiannya. Kini saya tempelkan foto Tinus di sedan itu di halaman pertama buku itu, dengan satu kalimat bertulis huruf miring “in Memoriam of Martinus Iek”. Martinus tersenyum di foto itu betatapun beberapa rekan menertawai aksinya saat itu.


***

Dia kembali ke Nabire untuk libur panjang kuliah –dan ternyata menjadi libur sepanjang hidupnya- dengan pesawat pada hari Sabtu. Saya yakin sabtu sore itu dia sangat bahagia berjumpa dengan istri dan anak-anaknya. Lalu pada minggu pagi dia pasti ke gereja bersama seluruh keluarganya sembahyang dan doa dengan khidmat. Bersyukur atas anugerah Tuhan YME pada mereka sekeluarga. Bebas dari bencana besar dan penyakit. Mendapat rejeki yang mencukupi dan segala nikmat lainnya. Minggu itulah sembahyang terakhirnya di dunia. Saat dimana dia masih meminta pada Tuhannya. Saat dia masih berjarak dengan Sang Pencipta.


Tiga hari setelah sembahyang itu, pada Rabu pagi 1 September 2010, Martinus muntah. Keluarganya panik, tidak tahu apa yang menimpa suami dan ayah penyabar dan periang itu. Karena muntahnya semakin parah, dilarikannya dia ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan ke rumah sakit itulah, di atas ambulans, malaikat utusan-Nya hadir di antara keluarga yang perasaannya sedang galau, yang menangis, yang sedih, yang menjerit karena takut kehilangan kepala keluarga yang dicintainya. Malaikat mengajak martinus ke nirwana langsung dari ambulans itu.


Menurut analisa saya martinus gegar otak ringan. Telah terjadi luka di bagian dalam kepala Martinus akibat benturan keras saat kecelakaan di Jogja. Darah yang keluar diantara jalur dan belahan otak itu kemudian membeku beberapa hari kemudian, hingga tiga minggu. Lalu pada saatnya tiba, saat Martinus telah berjuang dalam ujian akhir, saat dia telah menuntaskan janji pada isteri dan anaknya untuk membawakannya hadiah, saat dia telah berwasiat pada sahabat-sahabatnya, dia pergi untuk selamanya.


Mata Istri saya berkaca saat saya sampaikan berita duka itu. Martinus yang telah dikenalnya selama beberapa hari lalu kini telah pergi. Saya tidak kuasa menahan air mata saya. Saya memalingkan muka dari istri saya. Lalu istri saya memeluk saya dari belakang. “Mas, setidaknya ada sebuah keindahan dalam kepergian Martinus. Walau dia sakit setelah kecelakaan itu, dia masih bertahan sampai ujian, sampai dia kumpul kembali dengan keluarga”. Saya hanya mampu menarik nafas.


***

Keponakan saya yang masih TK, seusia anak bungsu Martinus-Wilhelmina, siang itu, saat mata saya masih sembab dengan air mata, datang mendekat setelah dia menonton televisi di ruang tengah.

“Om, katanya kemarin mau cerita tentang cenderawasih. Ayo, cerita dong Om tentang burung itu”.

Saya terperanjat. “Ya Tuhan” fikir saya, “betapa Engkau mengirimkan berita duka itu tidak hanya lewat SMS teman hari ini, tapi ternyata atas KuasaMu Kau beri saya pertanda tentang Martinus lewat televisi kemarin, tapi sayang saya tidak sadar.”


Saya mulai sibuk menata perasaan saya. Saya bingung mau cerita darimana dengan alur apa. Biasanya saya selalu menemukan cerita saat anak saya minta cerita tentang hewan, fable. Tiba-tiba saya ingat pada Tinus, istri dan anak-anaknya


“Dedek, konon ada seekor cenderawasih hitam, kecil dan gemuk”. Tangan mungil ponakan saya menepuk lengan saya. Dia protes.


“Tapi Om, kan cenderawasih itu kuning, kurus dan panjang?”. Saya sadar bahwa saya memikirkan Tinus yang memang gemuk, pendek dan hitam.


“Iya, dedek betul. Tapi cenderawasih ini beda di antara yang lain. Walaupun hitam seperti gagak, dia sangat baik hati. Boleh Om lanjutkan?” Ponakan saya mengangguk. Dia mulai mendengarkan dengan seksama.


“Namanya Tino.” Ponakan saya menyeringai sampai matanya hampir terpejam, dia suka nama itu.


“Dia sering mengembara dari satu hutan ke hutan lainnya. Dia tinggal di Nabire, tapi suka mencari teman dan makan di hutan lain untuk menambah pengalamannya. Kadang dia ke Sorong, kadang Biak, kadang Merauke, bahkan pernah ke hutan Jogja.”


“Ketika Tino kembali ke rumah dia selalu cerita tentang daerah pengembaraan serta petualangannya yang seru. Istri dan anak-anaknya mendengarkan dengan riang gembira. Sesekali mereka diajak ke hutan itu.”


“Sepulang dari pengembaraannya di Jogja, Tino, si jantan hitam ini hendak mengembara lagi ke hutan yang lebih jauh. Istrinya tahu hal itu, tapi anak-anak belum tahu, mereka sedang tertidur."


“Istrinya bertanya: Mau mengembara kemana lagi kau, Kak?”

“Tino menjawab: Aku mau ke hutan yang paling indah.”

"Dimana hutan itu?"

"Jauh di atas hutan ini"

"Kapan kau kembali?"

"Tidak tahu kapan, Dik."

"Seberapa indahkah hutan itu?"

"Jauh lebih indah dari hutan Nabire, Sorong, Biak, Merauke, Jogja, bahkan hutan Kalimantan, Amazon atau Skandinavia."

"Kapan kau kembali?"

"Kakak tak tahu pasti. Mungkin tidak akan kembali selamanya."

“Si betina menangis tersedu dan berpesan: Berjanjilah untuk kembali, Kak.”

"Aku tidak bisa berjanji Dik, tapi yang pasti aku tunggu kau di sana. Berjanjilah bahwa kau akan memberi anak-anak kita makan yang bergizi, mainan yang lucu dan selimut yang hangat dan cerita-cerita yang menghibur. Ajari mereka cara mencari makan, bertahan hidup, berteman dan mencintai sesama. Jika kau sudah yakin bahwa anak-anak kita bisa hidup mandiri di hutan ini, segeralah menyusulku ke hutan indah itu."

“Lalu cenderawasih itu pergi dan tak pernah kembali”

Ponakan saya bertanya, “Om, apa Om tahu dimana hutan indah itu?”

“Om juga tidak tahu, Dek. Kita pasti kesana suatu saat nanti. Sekarang dedek makan siang dulu ya”.

Dia mengangguk dan tersenyum. Ponakan saya pergi berlalu, saya melanjutkan kenangan saya pada cenderawasih hitam yang gemuk dan pendek itu. Cenderawasih terbaik yang pernah saya temui di dunia ini. Dia telah terbang dan tidak akan pernah kembali lagi.

Madura, 6 September 2010

Senin, 09 Agustus 2010

Anakku

Aku lihat pucuk daun yang hendak bergetar.
Pada matamu yang hitam dan putih bening kemilau.

Aku dengar desau udara pagi yang menyala.
Pada suaramu yang lucu dan halus penuh makna.

Aku tahu ada mimpi di sana.
Aku tahu ada potensi di dalamnya.

Kau, kaki dan tanganku di esok senja.
Tatap, ucap, lari dan raihlah dunia.

Jogja, 10 Agt 10

Jumat, 23 Juli 2010

Rumah

Sebuah kota kecil pada dingin senja.
Bising ramai tersublim ke sepi damai.
Kerlip kuning merah lampu di jalanan.
Merambat diantara beton gelap biru tua.
Kembali pada cinta hangat dan temaram.
Di rumah dengan taman dan pagar terbuka.
Tempat semua mimpi dicipta dan dimakna.

Jogja, 23 Juli 2010

Senin, 12 Juli 2010

Muhammadiyah, Tahayul dan Piala Dunia

Momentum perayaan 100 tahun (seabad) Muhammadiyah dan muktamarnya yang ke 46 di Yogyakarta 3-8 Juli 2010 lalu seakan menemukan signifikansinya dengan penyelenggaraan Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Beberapa drama dalam duel sepakbola antar negara tersebut menunjukkan bahwa bahaya yang dikhawatirkan Muhammadiyah benar adanya. Salah satu tujuan awal Muhammadiyah didirikan adalah dalam rangka memberantas praktik tahayul, bid’ah dan kurafat dalam islam. Selama Piala Dunia berlangsung, banyak tahayul dan mitos terjadi. Semua tahayul tersebut terbukti tidak ada kaitannya dengan prestasi.

KH. Ahmad Dahlan sejak awal memperingatkan bahwa tahayul sangat berbahaya, bukan hanya terutama pada iman, namun juga pada prestasi dan pencapaian hidup. Tahayul membuat manusia tidak rasional dan tidak logis. Bekerja tidak maksimal dengan menumpukan harapan pada objek tahayul tersebut, serta jika tidak berhasil, akan menumpahkan kesalahan pada objek yang sama. Tahayul menjadi idola sekaligus kambing hitam.

Tahayul Piala Dunia 2010

Pada piala dunia kali ini, setidaknya Argentina dan Jerman telah mengundang decak kagum penonton. Banyak penonton menjagokan dua tim ini oleh karena performanya yang optimal saat babak penyisihan maupun babak selanjutnya. Kemenangan kedua tim sangat signifikan dengan raihan gol spektakuler. Disamping faktor logis yang inheren di dalamnya seperti komposisi dan performa pemain, kemenangan (dan kekalahan) Argentina dan Jerman lalu dikaitkan dengan sesuatu yang tidak masuk akal, misalnya gelang kecil Maradona (pelatih Argentina) dan Kaos Biru Joachim Loew (pelatih Jerman).

Keberuntungan tim Tango pada awal penyisihan dikaitkan dengan gelang kecil pemberian cucunya. Dalam setiap pertandingan, Maradona tak henti-henti mencium gelang yang dilingkarkan di genggaman tangan kirinya. Tim Panser pun serupa. Ketika kemenangan telak (selalu membuahkan 4 gol) Jerman atas lawannya yang kebetulan berbarengan dengan saat sang pelatih mengenakan kaos biru, maka kaos biru itu pun lantas dianggap bertuah. Kekalahan pertama Jerman di PD 2010 (atas Serbia) pun dikaitkan dengan kaos Jogi (panggilan Joachim Loew) yang kebetulan pada waktu itu putih. Jogi pun enggan mengganti, bahkan untuk mencuci kaos tersebut pada saat akan menghadapi Spanyol (www.detik.com).

Ketika performa dan fenomena dikaitkan dengan faktor tidak langsung (dan non logis) yang menyertainya, di situlah tahayul tejadi. Dalam dunia statistik, signifikansi korelasi tahayul pada keterjadian fenomena tak bisa diukur. Dia bukan sebuah variabel dependen, melainkan eror. Artinya berapapun kuantitas dan kualitas objek tahayul tidak akan mengubah hasil fenomena.

Sebagai analogi, andaikata Maradona menggunakan lebih banyak lagi gelang dari cucunya, apakah lantas kemenangan Argentina atas musuhnya akan lebih telak? Atau, andaikata Jogi memakai kaos biru lebih dari satu pada saat Jerman bertanding, atau memakai kaos biru dengan merk yang lebih bagus, akankah perolehan gol Jerman berlipat ganda? Di sinilah logika pemuja tahayul Argentina dan Jerman alpa total.

Fakta yang terjadi pada semifinal antara Jerman dan Spanyol menunjukkan bahwa tahayul kaos biru Jogi tidak berlaku. Jerman harus kalah dari 0-1 dari Spanyol kendati sang pelatih memakai kaos birunya. Begitu juga ketika Argentina melawan Jerman, dia harus kalah telak 0-4 kendati Maradona mengenakan gelang kecil pemberian cucunya tersebut.

Bahaya idola dan kambing hitam

Kasus kekalahan Jerman dan Argentina dalam PD kali ini harus diarifi secara logis oleh penggemar sepakbola yang selama ini percaya tahayul. Efek langsung yang akan timbul tentu saja terdistorsinya pola pikir kita. Logika dan rasionalitas terganggu sedemikian rupa sehingga faktor yang semestinya dipertimbangkan sebagai yang utama dikesampingkan. Sebaliknya, faktor tidak logis dipertimbangkan. Efek selanjutnya adalah kesalahan pengambilan keputusan. Bayangkan jika ini terjadi dalam dunia pendidikan, bisnis, hukum, agama dan sebagainya.

Tahayul melahirkan pengidolaan (pemberhalaan) dan pengkambinghitaman. Kesesuaian antara harapan dengan tahayul akan melahirkan pemujaan berlebihan atas tahayul. Adapun ketidaksesuaiannya dengan fakta akan melahirkan pengkambinghitaman tahayul, lalu melahirkan pencarian tahayul baru. Relasi antara wanti-wanti KH Ahmad Dahlan ini dengan piala dunia adalah bahayanya pada non-optimalisasi potensi.

Jika seorang pelatih seperti Maradona berkomentar (walaupun) dengan ringan bahwa kemenangan tim tango berkait (walau hanya sedikit) dengan gelang di tangannya (www.lintasberita.com), maka sejatinya ini adalah bahaya akut. Ketika percaya pada tahayul gelang kecil tersebut, pada saat yang sama Maradona bisa jadi menganggap spele unsur latihan (dan tidak maksimal) karena menyandarkan kemenangannya pada gelang.

Hal serupa terjadi ketika Gelandang Jerman Bastian Schweinsteiger berharap bahwa Jogi akan memakai kaos biru itu lagi (http://id.sports.yahoo.com). Ketika Jogi benar-benar memakai kaos tersebut maka bisa jadi Schweinsteiger cs bermain bola dengan kurang maksimal karena percaya bahwa ada hal mistis yang akan melindungi tim jerman dari kekalahan. Dampaknya kita lihat bersama, performa Tim Panser tidak maksimal, dan Jerman kalah atas Spanyol.

Pelajaran buat Kita

Muhammadiyah, tahayul, mitos dan Piala Dunia 2010 memberi kita satu benangmerah, yaitu rasionalitas, kerja keras dan prestasi. Jika kita menengok kembali prestasi Indonesia saat ini, terutama di bidang olahraga, maka kita akan tersadar bahwa fenomena tahayul sungguh membahayakan. Jamak kita dengar bersama bahwa pada beberapa pertandingan kesebelasan-kesebelasan di Indonesia masih menggunakan tahayul dan mistik, misalnya pawang hujan, dukun dan sebagainya. Kita masih menjawab tantangan alam dengan hal tidak rasional, bukan dengan kerja keras dan teknologi. Jika tim sebesar Argentina dan Jerman saja bisa hancur pada PD 2010 karena kesalahan kecil berupa tahayul dan mitos, maka bagaimana tim kecil seperti Indonesia?


Jogja, 9 Juli 2010
Akhmad Jayadi
Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Dosen Universitas Islam Madura, Pamekasan

Rabu, 07 Juli 2010

Takdir

Bukan dari belas kasih orang.
Atau oleh hari keberuntungan.
Sebuah keberhasilan bisa dicapai.
Adalah karena diri sendiri yang mengusahakan.
Dengan sepenuh kemauan dan kemampuan.
Maka Tuhan lalu mengijinkan..

Jogja, 8 Juli 2010

Extremistan

The Extremistan -where the Black Swan phenomenon created by.
Extraordinary idea, borderless area, timeless period, limitless scope, random system, irregular result, immeasurable source, inconstant pattern and unseen pathway.

Jogja, 6 Juli 2010

Waktu dan Hidup

Mengukur waktu dalam detik, dan jalan dalam langkah.
Tafakur iman-ilmu pada amal baik, dan hidup pada ibadah.
Bersyukur di setiap nikmat, dengan sabar di segala musibah.

Jogjakarta, 7 Juli 2010

Rabu, 30 Juni 2010

Aku Belajar

belajar, besok ujian.
belajar, karena bodoh.
belajar, biar pintar.
belajar, itu tuntutan.
belajar, untuk nilai.
belajar, agar sukses.
belajar, niat ibadah.
belajar, dengan rela.
belajar, jadikan hobby.
belajar, maka senang.
belajar, lalu rutin.
belajar, dan disiplin.
belajar, menjadi sifat.
belajar, diri sendiri.
belajar, aku.
aku, belajar.
belajar, belajar..
aku, aku..

Jogja, 1 Juni 2010

Selasa, 29 Juni 2010

Surga Avonturir

Menghirup bau pasir yang asin di bibir pantai, atau aroma akar yang pekat di ubun-ubun hutan.
Menikmati datar jazz dan segar squash di jantung metropolitan, atau liuk dangdut dan kental kopi di pinggir pedukuhan.
Avonturir, mencipta surga di jalan dan tempat dia tandang, sekarang. Bukan di awang-awang, di masa yang akan datang.

Jogja, 30 Juni 2010

Senin, 28 Juni 2010

Janji Pelangi

Aku pergi untuk suatu tujuan.
Menyulam selarik pelangi pada ornamen janji.
Aku pulang demi sebuah penantian.
Sebingkai janji berhias sulaman larik pelangi.

Jogja, 29 Juni 2010

Minggu, 27 Juni 2010

Reason of Learn English

The only reason why i learn english in the school is "I want to be able to speak english". I got much lessons from school such grammar, pronounciation, structure etc. But honestly, it is not enough to increase your skill in english. You must practice it at home, with your friend, with yourself, in any kind of activity such as talking, walking, listening etc.

Now i try to learn new method of english. I'm reading a book, named "Fastest English". This writing (what you are reading now) is one of the instruction that given in that book. Write down a reason why i learn english in the school.

YK, June 28 2010

Sabtu, 26 Juni 2010

Komunikasi

Kebekuan komunikasi terjadi akibat kendala psikis.
Pecahkan dengan aksi simpatik, terbuka dan positif.
Maka komunikasi cair, emosi nyambung, relasi produktif.

Jogja, 21 Mei 2010

Titik Potong

Dua garis dengan gradien sama, tidak akan pernah bertemu, kecuali di titik tak terhingga.
Dua garis dengan gradien berbeda, akan saling berpotongan di satu titik.
Dua garis dengan gradien dan konstanta sama atau berkelipatan, akan berimpit.
Anggaplah gradien adalah pola pikir, konstanta adalah kebiasaan, garis adalah manusia. Maka kurang lebih hubungan keduanya akan serupa dengan prinsip matematika di atas..

Jogja, 25 Juni 2010

Inspirasi

Inspirasi itu harus dicari..
Setelah didapat, lalu ditindaklanjuti..
Gagal dan suksesnya harus dipelajari..
Lalu diperbaiki dan terus dikembangkan lagi..

Jogja, 3 Juni 2010

Hidup bukan Matematika

Jika usaha yang dilakukan tak sebanding dengan hasil yang didapat,
maka tunggulah waktunya saat resultante menemukan titiknya..
Nasib, rejeki, dan umur tidak bisa dikalkulasi ala matematis-fisika,
ada faktor eror dan variabel tak teridentifikasi yang selalu ikut bekerja..

Jogja, 7 Juni 2010

Give to Life

Give the best to others..
No matter who they are,
what they will say,
or how much they will give us back..
Life is a gift, so let us take it.
Life will be taken, so let us give it..

Jogja, 8 Juni 2010

Menjadi Sempurna

Eksplorasi cakrawala yang tak pernah berbatas.
Analisa probabilita yang masih terbuka.
Elaborasi kaidah yang tersedia.
Menuju kesempurnaan.

Jogja, 9 Juni 2010

Sebelum Gelap

Sebelum hari menjadi gelap.
Sebelum jalan menemui kebuntuan.

Sebelum logika membentur batasnya.
Maka wajib hukumnya kita terus berjalan.

Tak boleh putus asa. Tak boleh angkat tangan.

Jogja, 10 Juni 2010

Extrimistan..

Berhenti diam. Melawan mandeg.
Mengacak kemapanan. Menggetar stabilitas.
Life in Crisis. Life in Turbulence..

Jogja, 21 Juni 2010

Sparkling of Life

Jika lelah dan bosan dengan sikon saat ini.
Pergi ke titik lain, cari orang lain, lakukan aktivitas lain.
Hidup butuh letupan dan fluktuasi dari garis normal ke titik-titik ekstrim.
Cak Nun bilang, energi dapat ditransformasi dengan ruang dan kesibukan.

Jogja, 16 Juni 2010

Kamis, 24 Juni 2010

Begitulah Cinta..

Jika memang harus berjumpa, akan terlintas tiap kala dan antara.
Cinta akan selalu menemukan jalan ilustrasi dan ekspresinya.
Seperti harmoni, tiap geming dan geraknya lalu bermakna.
Menggoda jiwaraga, menjadi bahagia, atau lara..

Jogjakarta, 24 Juni 2010

Selasa, 22 Juni 2010

Doaku Untukmu

Bergerak dalam langkah dan lambai.
Mewujud dalam tetes dan hembus.
Terucap dalam pinta dan asa.
Doaku, untukmu..

Jogja, 22 Juni 2010

Jumat, 04 Juni 2010

Kalian Membebaskanku..

Aku bertemu dengamu, beberapa langkah sebelum asaku putus.
Dia hadir diantara kita, beberapa jengkal sebelum yakinku pupus.
Kalian memberiku kunci semua pintu, pada labirin ruang dan waktu.
Keluar, ke rumah kebebasan dan kebahagiaan, bernama cinta dan rindu..

Jogja, 4 Juni 2010

Selasa, 04 Mei 2010

Menggagas Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Menggagas Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

oleh: Akhmad Jayadi, SE


Kontribusi perguruan tinggi (diploma, akademi dan universitas) pada penciptaan pengagguran terbuka cukup signifikan. Tahun 2008 pengagguran dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi mencapai 6.936.417 jiwa atau sekitar 7 persen dari total pengangguran (BPS 2010). Ketika ditelusuri lebih dalam, salah satu sebabnya adalah kurang mendukungnya kurikulum dan kultur pendidikan di perguruan tinggi itu sendiri. Perguruan tinggi kurang memberikan ruang belajar bagi mahasiswa untuk praktik bekerja dan menciptakan pekerjaan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa menciptakan pekerjaan pasca kelulusannya dari perguruan tinggi, maka pendidikan keahlian dan kewirausahaan harus diberikan sejak mahasiswa menempuh pendidikan tingkat pertamanya. Hal ini merupakan tuntutan bagi perguruan tinggi sebagai mesin atau gudang pencipta tenaga siap kerja. Selama ini, banyak perguruan tinggi hanya berkonsentrasi pada pembekalan ilmu saja dan kurang menaruh perhatian pada pembekalan keahlian. Perguruan tinggi umumnya hanya menciptakan sarjana dan diploma yang siap mencari kerja, dan bukan siap bekerja atau menciptakan pekerjaan.

Kurangnya kuliah praktik dalam kurikulum membuat mahasiswa ’gagap’ ketika berhadapan dengan masyarakat. Begitu juga ketika lulus sebagai sarjanapun mereka ‘shock’ menghadapi dunia kerja yang menuntut mereka untuk memiliki keahlian tertentu. Jarak antara tuntutan dunia kerja dan kondisi riil sarjana itulah yang harus dipersempit oleh perguruan tinggi dengan kurikulum yang dapat memberikan mereka bekal menghadapi dunia kerja.


Perubahan Paradigma

Indonesia termasuk tertinggal dalam penerapan pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum perguruan tinggi. Kita baru menerapkannya pada tahun 1990-an, sedangkan Amerika Serikat sejak 1980-an telah memasukkan pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum ratusan perguruan tingginya. Hasilnya tentu dapat kita lihat hari ini dimana Amerika Serikat mampu mencetak ratusan wirausahawan muda dan unggul berkelas dunia.

Kampus perlu mengadakan perubahan paradigma bagi lulusannya. Mental mahasiswa harus 'dicerahkan' dengan paradigma wirausaha. Mental pegawai (karyawan) yang selama ini mendominasi pola pikir mahasiswa harus pelan-pelan diubah dengan kurikulum pendidikan kewirausahaan ini.

Mengubah mindset (pola pikir) ini memang bukan pekerjaan mudah dan cepat. Butuh waktu 5-10 tahun atau satu generasi untuk dapat merasakan hasilnya. Pola pikir kita yang selama ini masih ingin bekerja sebagai karyawan (dan bukan merekrut karyawan) adalah karena kita dididik dalam sistem pendidikan yang ingin mencetak karyawan. Pola pikir kita adalah warisan masa lalu, dan bila kita tetap tidak melakukan perubahan pada masa kini, maka pola pikir generasi mendatang akan tetap sama, bahkan bukan tidak mungkin akan lebih buruk dari pola pikir generasi sekarang.

Kewirausahaan yang Realistis

Pakar kewirausahaan Peter F. Drucker mengartikan kewirausahaan sebagai kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam pengertian ini, kewirausahaan terkait erat dengan kemampuan kreasi dan inovasi. Kemampuan wirausahawan adalah menciptakan sesuatu yang baru atau berbeda dari yang lain, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Tujuan diajarkannya kewirausahaan adalah menanamkan semangat kreativitas dan jiwa inovasi dalam diri mahasiswa. Sarjana tidak boleh hanya menunggu kerja, tapi menciptakan kerja. Pendidikan kewirausahaan yang diberikan juga haruslah pendidikan yang memberikan impian dan semangat kewirausaan yang realistis. Tidak terlalu muluk-muluk yang jauh dari jangkauan daya pikir dan daya aksi mahasiswa.

Kegagalan pendidikan kewirausahaan beberapa perguruan tinggi adalah pada aspek keterjangkauannya. Jika kewirausahaan hanya diberikan dalam bentuk konsep, maka yang didapat mahasiswa adalah pemahaman pada makna, tujuan dan definisi wirausaha itu semata. Pendidikan kewirausahaan seharusnya dihadirkan dalam bentuknya yang paling sederhana sehingga mudah dipahami, diikuti dan dipraktikkan oleh mahasiswa.

Kewirausahaan bukan konsep melangit. Ia haruslah berpijak pada ruang dan waktu mahasiswa. Menghadirkan wirausahawan yang ada di sekitar mahasiswa memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari secara detail tentang latar belakang, tujuan, manfaat dan cara bekerja wirausahawan tersebut.

Inti dari pendidikan kewirausahaan adalah penularan semangat dan pembagian pengalaman. Akan sangat mudah dipahami dan diserap jika usaha yang diulas adalah usaha yang ada di sekitar lingkungan mahasiswa yang usahanya realistis dan masih dalam jangkauan mahasiswa untuk ditiru dan dikembangkan.

Sejak awal mahasiswa harus disadarkan bahwa kewirausahaan bukan persoalan seberapa besar skala usaha, tetapi pada kemampuan manajerial usaha itu sendiri. Semakin besar skala usaha, semakin sulit manajerial usaha tersebut. Dengan memberi motivasi yang benar bahwa wirasusaha yang baik adalah yang mampu mengelola usaha dengan baik, maka diharapkan akan lahir wirausahawan muda yang memulai usaha seberapapun kecilnya usaha tersebut.

Kuliah Tamu dan Kunjungan Studi

Motivasi dan dorongan semangat berwirausaha tidak dapat kita laksanakan dalam bentuk teori dan kegiatan kelas saja. Butuh praktik nyata sehingga mahasiswa bisa merasakan langsung spirit enterpreneurship dari sang pengusaha. Ada dua cara efektif untuk mentransfer semangat wirausaha pada mahasiswa: yaitu menghadirkan wirausahawan ke dalam kelas (kuliah tamu) atau kunjungan mahasiswa ke tempat usaha (kunjungan studi). Kedua cara ini menawarkan konsep berbeda daripada model perkuliahan teori wirausaha oleh pengajar. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan metode kuliah tamu adalah lebih praktis karena selain berbiaya rendah, juga mengeliminir kemungkinan adanya bias tujuan awal kelas wirausaha. Menghadirkan wirausahawan ke dalam kelas memberikan kesempatan luas kepada wirausahawan tersebut untuk menjelaskan dengan rinci tentang jenis usahanya. Dengan tetap dalam bimbingan dosen kewirausahaan, kuliah tamu akan memberikan fleksibilitas pada wirausahawan untuk hadir dalam kesibukan waktunya dalam membagi pengalaman dengan mahasiswa.

Metode kunjungan studi memiliki kelebihan dari sisi visualisasi dan pemahaman secara inderawi, sehingga mahasiswa dapat langsung observasi pada profil dan praktik usaha. Walaupun metode ini mampu memberikan contoh langsung pada mahasiswa tentang usaha, tapi tidak jarang juga membawa ekses yang kurang produktif, misalnya mahasiswa justru lebih menikmati unsur ‘jalan-jalan’-nya daripada menyerap semangat dan praktik wirausaha itu sendiri.

Terlepas dari kelemahannya masing-masing, kedua metode di atas akan memberikan banyak gambaran nyata bagi mahasiswa akan kelebihan dan keuntungan menjadi pengusaha.

Think Locally, Act Locally, Do in Global Way

Indonesia adalah negara kaya sumberdaya alam. Selama ini pengelolaan SDA strategis kita lebih banyak diserahkan pada asing, seperti minyak dan gas alam, pertambangan, perkebunan dan kelautan. Kalaupun sektor strategis tersebut dikelola pemerintah, maka hasilnya sangat jauh dari memuaskan. BUMN pengelola SDA strategis jarang sekali mampu bekerja efektif dan efisien.

Pengelolaan kekayaan SDA ini perlu diserahkan kepada wirausahawan Indonesia yang peduli masa depan bangsa. Dalam bentuknya yang paling mikro adalah pengelolaan kekayaan daerah (kabupaten/kecamatan/desa) oleh anak bangsa sendiri.

Konsep berpikir lokal, bertindak lokal, berbuat dengan cara global (Think Locally, Act Locally, Do in Global Way) adalah salah satu pendekatan yang bisa ditawarkan pada mahasiswa. Hal ini sejalan dengan Tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Tantangan lokal (daerah) bisa dihadapi dengan memberikan tugas kongkret dan aplikatif pada mahasiswa dalam bidang kewirausahaan. Mahasiswa diminta mencari solusi vitalisasi potensi SDA lokal dalam berbagai bentuk proposal usaha.

Berpikir lokal artinya adalah memetakan dan menganalisa segala potensi SDA yang di sekitar mahasiswa kemudian merancangnya dalam bentuk rencana usaha. Bertindak lokal artinya mengolah SDA tersebut di lingkungan sekitar untuk kemaslahatan masyarakat sekitar. Cara global artinya menerapkan manajemen dan cara-cara pengelolaan modern untuk memperoleh hasil efisien dan optimal.

Kerjasama dengan Pihak Terkait

Pada akhirnya semua gagasan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi ini harus disinergikan dengan program kerja dan rencana pihak terkait yang selama ini memang turut menjadi stakeholders dan ikut bertanggungjawab terhadap persoalan pendidikan, ketenagakerjaan, produksi dan kemiskinan.

Pihak pertama tentunya adalah perguruan tinggi itu sendiri. Lembaga struktural seperti fakultas dan universitas harus memberikan dukungannya dalam bentuk kurikulum dan anggaran. Lembaga fungsional seperti LPM (lembaga pengabdian masyarakat) juga harus turut membantu dalam bentuk fasilitasi setiap rencana mahasiswa terkait dengan masyarakat, baik sebagai objek studi maupun subjek pendamping mahasiswa dalam rencana wirausahanya.

Pemerintah sebagai pihak kedua, khususnya dinas pendidikan, dinas koperasi dan UKM, dinas tenaga kerja, dinas pariwisata dan budaya harus secara aktif turut mempromosikan dan mendukung gagasan ini. Bantuan yang dapat diberikan antara lain fasilitas pendidikan seperti data base wirausaha daerah untuk program kuliah tamu dan kunjungan studi. Bantuan lainnya adalah apresiasi atas proposal wirausaha mahasiswa berupa bantuan anggaran dan promosi produk.

Pihak ketiga seperti perbankan, asuransi, perusahaan daerah (swasta maupun negeri) maupun masyarakat harus pula menyambut baik gagasan pengembangan budaya wirausaha kampus ini. Muara dari setiap usaha mahasiswa ini adalah juga pihak ketiga ini sebagai mitra dan user. Bantuan seperti permodalan, pembinaan, fasilitasi dan apresiasi adalah mutlak diperlukan guna memberikan semangat bagi mahasiswa yang sedang mengkonsep usaha.

Bisa jadi konsep usaha yang ditawarkan mahasiswa masih jauh dari kenyataan, namun jika hal ini semakin diperparah dengan minimnya apresiasi dari ketiga pihak di atas, maka mimpi Indonesia untuk menjadi negera yang mandiri dalam mengelola SDA, mimpi berdaulat di tanah air sendiri, mimpi mengurangi jumlah pengagguran dan kemiskinan akan tetap sekadar menjadi mimpi. Selamat datang wirausahawan muda kampus!

Jogjakarta, 2 Mei 2010

Kamis, 25 Maret 2010

Pemimpin

Sahabatku..
Sosok pemimpin lahir saat krisis sosial-eksternal.
Jiwa kepemimpinan ditempa dari krisis individual-internal.
Pemimpin menawarkan masa depan.
Kepemimpin dibangun oleh masa lalu.
Aku percaya kau memiliki sifat itu..

Jakarta, 25 Maret 2010

Jakarta

Dan selamat tinggal Jakarta..
Banjirmu telah kusalur ke kanal otakku.
Panasmu telah kusadur ke kutub hatiku.

Lalu selamat tinggal Jakarta..
Macetmu telah kuberai di jalan mindaku.
Limbahmu telah kuurai di waduk jiwaku.

Maka sampai jumpa kembali Jakarta..
Jika nanti media bersaksi bahwa kau telah beda.
Jika kelak sahabat berteriak bahwa kau telah berubah.

Dan selamat tinggal Jakarta..

Jakarta, 26 Maret 2010

Rabu, 24 Maret 2010

Menang

Sahabatku, merayakan kemenangan mmg bahagia, tp mengarifi kekalahan adl utama. Tuhan mmg mencipta bentuk, tp Dia menilai proses. Ingat ayat yg selalu kita baca, Allah memberi, mencabut, mengangkat & menurunkan kekuasaan pd orang yg dikehendaki-Nya. Perang adl seni mempertahankan diri. Pemenang sejati bukanlah yg bertahan hidup, tp yg mempertahankan keyakinannya walau harus mati.

Jakarta, 23 Maret 2010

Sabar

Sahabatku, dalam berjuang nanti, jangan lelah dan putus asa. Kau mungkin akan diacuhkan, dicaci, ditertawakan, dilawan, dikucilkan bahkan bisa jadi dapat hukuman. Tapi beda pemimpin dengan orang awam adalah pada keteguhan hatinya. Jika kau sabar, kau akan menang. Lalu musuhmu akan menjauhimu dengan kekalahan, atau mendatangimu dengan wajah penuh harapan.

Jakarta, 24 Maret 2010

Senin, 22 Maret 2010

Do, Tell, Feel..

Life is not about a work, but do.
Nor about the expression, but tell.
It's not about an experience, but feel..

Jakarta, 15 Maret 2010

Surat untuk Obama

"Pak Obama.. Jangan datang Juni ke Indonesia. Tunda lagi hingga Agustus saja. Anda akan disambut dengan bendera, lomba, lagu, diskon, dan upacara. Tidak hanya di Jakarta, Bali dan Jogja, tapi di seluruh Nusantara. Saya penasaran, apakah Bapak masih ingat lagu Hari Merdeka? Kalau Bapak datang Agustus, saya akan buat lomba khusus bertema Anda di kampung saya. Trust me, Pak Obama.."

Jakarta, 21 Maret 2010

Perjalanan

Sahabatku.. Kau akan berjuang menjadi seseorang. Ingat, ini bukan akhir perjalanan. Memang di stasiun itu kau akan menjadi sesuatu yang lain dari kemarin. Tapi masih banyak stasiun setelahnya. Pilihanmu adalah menetap atau melanjutkan. Bawalah teman menyertaimu dalam satu atau lain gerbong. Di jalan kau pasti butuh bantuan. Selamat jalan. Semoga kelak kita berpapasan di perjalanan kita berjuang menjadi seseorang..

Jakarta, 22 Maret 2010

Senin, 08 Maret 2010

Kemuning..

Kemuning..
Setia hingga akhir senja.
Menanti sampai pudar warna.
Kemuning..
Tegar walau rapuh raga.
Senyum meski penuh lara.
Kemuning..
Menatap dunia dengan cinta.
Menapak jalan dalam ceria.
Kemuning..
Karena hari perlu makna.
Karena hidup untuk bahagia.

Jakarta, 8 Maret 2010

Kamis, 04 Maret 2010

Tik..

Setetes air jatuh di telaga bening pada gua tiada cahaya.
Pecah suara kecil lalu hening seperti sediakala.
Aku kembali menunggu detik saat langit menyentuh bumi yang hampa.

Jakarta, 4 Maret 2010

Pertiwiku

Lelaki tua itu masih saja melaut.
Seperti kulihat 29 tahun lalu.
Umurnya lebih cepat berlari dari nasibnya.

Nenek itu masih juga mencari kerang.
Tak henti ia sejak 29 tahun lalu.
Ubannya lebih banyak tumbuh dari hartanya.

Ibu pertiwi masih seperti aku terlahir dulu.
Derita rakyatnya lebih banyak dari prestasinya.


Jakarta, 4 Maret 2010

Rabu, 03 Maret 2010

Aku Mengerti

Setelah berjalan sejauh ini.
Aku baru mengerti.

Arti keseimbangan pada hukum alam.
Arti takdir dalam ikhtiar insan.
Arti janji di akhir perjuangan.

Laki-perempuan, utara-selatan, saintis-seniman,
petualang-rumahan, atau pendiam-periang.

Semua, dan kita berdua, dalam takdir yang dijanjikan demi sebuah keseimbangan.


Jakarta, 4 Maret 2010

Aku Ingin Kamu Saja

Aku ingin mencintaimu saja,
bukan Juliet atau Cleopatra,
karena cinta bukan komparasi rupa.

Aku ingin menyayangimu saja,
bukan mantan pacar atau idola,
karena sayang bukan hayalan dan cita.

Aku ingin mengasihimu saja,
bukan dua gadis atau tiga,
karena kasih bukan hitungan angka.

Aku ingin kamu saja,
bukan dia atau mereka,
karena kamu yang terbaik dari semua.


Jakarta, 3 Maret 2010

Hidup yang Misteri

Jika hidup itu bukan misteri, maka hanya ada dua kemungkinan,
manusia sangat antusias menajalaninya, atau pasrah saja.
Karena tak ada informasi yang pasti tentang masa depan kita,
maka kita hanya wajib untuk mengusahakan yang terbaik untuknya.
Yang ada hanyalah hukum alam dan hukum moral,
bahwa siapa yang berusaha, dia akan mendapat balasan yang setimpal.

Hidup adalah perjuangan tiada akhir dari dua kemungkinan,
yaitu mungkin gagal atau mungkin berhasil.
Dunia memberikan peluang yang sama kepada setiap manusia,
24 jam sehari, 30 hari sebulan, 12 bulan setahun.
Kalaupun ada perbedaan karena tempat kita hidup,
itu nyatanya adalah rahasia yang harus kita pecahkan.

Tuhan tidak melebihkan seseorang dari yang lain,
kecuali untuk ibadah dan amal baiknya.
Manusia berumur panjang tidak lebih baik dari yang berumur pendek,
karena manfaat hidup bukan diukur dari panjangnya usia.
Keindahan fisik dan kemampuan badaniah bukanlah ukuran keunggulan,
tapi siapa yang paling berguna bagi sesamalah yang lebih utama.

Yang merasakan nikmat hidup hanya diminta untuk bersyukur,
karena sesungguhnya yang diraihnya adalah pemberian semata.
Yang menderita hidupnya hanya diminta untuk bersabar,
karena sejatinya kesengsaraannya adalah ujian keimanan.
Kalau Tuhan menghendaki kita sengsara karena Dia suka dengan airmata kita,
bukankah sebuah kehormatan untuk tetap menjadi yang disukai-Nya?

Hidup memang misteri, bagi semua manusia, bahkan bagi para nabi,
karena Tuhan memang ingin melihat kita berusaha, berdoa dan berserah pada-Nya.


Jakarta, 3 Maret 2010

Selasa, 02 Maret 2010

Sang Guru

Setiap komunitas, baik itu organisasi ataupun paguyuban, mutlak memerlukan hadirnya seorang panutan. Dia bisa jadi pemimpin itu sendiri atau sekedar anggota yang dimuliakan. Tanpanya, komunitas akan menjadi lalu-lalang pertemanan saja. pembicaraan kesana-kemari tanpa ada yang diindahkan, apatah lagi menjadi sebuah visi dan misi bersama.

Tokoh panutan tidak lahir begitu saja tanpa seleksi alam yang ketat melalui kompetisi. Memang tidak harus dalam bentuk perlombaan atau pemilihan resmi, namun ada konsensus umum dan tidak tertulis bahwa siapapun yang membuktikan dirinya sebagai orang yang paling berkharisma, maka dialah yang akan dituakan. Kharisma hadir dalam berbagai bentuk. Bisa ilmu, wajah, bicara, badan, etika atau apapun. Tak ada penjelasan objektif atas kharisma ini. Yang pasti, kita semua memahaminya.

Hitler, Napoleon dan Sjahrir adalah contoh bagaimana manusia dengan tubuh kecil juga mampu membius massanya sehingga perintahnya diikuti. Stalin, Fidel Castro dan Saddam Husin adalah contoh lain betapa wajah yang 'angker' adalah sebuah modal khusus untuk bangunan bernama kharisma.

Kesediaan untuk mengikuti sang pimpinan juga bukan datang karena paksaan. Mereka rela untuk mendengarkan dia bicara, bahkan diam. Ada harga yang tak bisa dinilai dengan uang atau materi untuk sekedar mendatanginya, mengetahui kabarnya dan melihat keadaannya. Ada kebahagiaan yang bahkan, tak jarang mewujud dalam linang air mata ketika kita bisa bersilaturahmi dengannya.

Bahkan jauh setelah lama anggota komunitas itu berpisah. Kesan itu tetap ada. Kerinduan itu tetap tumbuh. Tidak hanya dari orang yang lebih muda, tapi yang sejajar dan bahkan yang lebih tua, rasa itu tetap sama. Pada orang demikian kita layak menyebutnya Sang Guru.

Saya tergabung dalam sebuah komunitas bernama X. Tak perlu semua orang tahu apa nama artinya. Kami memiliki seorang yang kami anggap Guru. Namanya Y. Nama panjangnyapun tak perlu saya sebut. Hampir semua teman seangkatannya, apalagi juniornya seperti saya, sunguh memuliakannya.

Tidak jelas sejak kapan lahirnya perasaan tersebut. Dia adalah sosok yang selalu kami tempatkan lebih tinggi di atas kami dalam beberapa hal. Walaupun dalam hal lain mungkin dia kalah, tapi kami tetap tidak mau meninggikan diri kami di atasnya.

Dalam kurun waktu tertentu ketidakberjumpaan kami dengannya memerlukan kami untuk berkunjung sekedar bertanya kabarnya. Kami rindu akan canda dan gurauan dia. Kami tidak berharap banyak mendapatkan siraman ilmu dan doa restu. Tidak. Sungguh tidak. Seolah perjumpaan dengannya saja, sudah menjadi doa yang kasat mata walau nyata-nyata sepanjang pertemuan hanyalah makan, minum, ngobrol, ngopi dan ngerokok.

Saya tak bisa membayangkan bagaimana sikap saya andaikata saya diberikan kesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh besar yang saya sebut di atas. Pengabdian. Mungkin itu kata yang tepat yang akan saya lakukan untuk mereka semua.

Pengabdian kepada sang guru, bagi seorang murid, adalah cara lain dari menuntut ilmu padanya. Ilmu tidak hanya masuk dari ceramah dan kuliah kelas, tapi juga percakapan, perintah bahkan amarahnya. Yang terpenting dari menuntut ilmu adalah sikap rela antara murid dan guru itu sendiri.

Pada rela kita menemukan rasa yang lebih tinggi dari cinta. Bukankah memang rela (ridho) adalah pahala terbesar untuk manusia di akhirat kelak? Dari Sang Maha Guru untuk para ummat-Nya.


Jakarta, 2 Maret 2010

Senin, 01 Maret 2010

Cerita untuk Istriku

Perlu kau tahu, istriku.
Ada wajah yang selalu aku rindu.
Wajah itu adalah wajahmu 16 tahun yang lalu. Wajahmu pada tahun 1994.
Tahun ketika aku pertama kali melihatmu. Di SMP kita dulu.

Istriku.
Ada perasaan, hasrat dan kata hati yang telah tertelan sejarah dan hari-hari.
Yang tak sempat aku ungkapkan padamu dulu.
Sesungguhnya aku pernah menyukai, mengagumi, mendambakan dan memimpikanmu.
Bahwa kau adalah gadis yang tepat untuk dicintai dan dimiliki.

Kau mungkin tak kan percaya itu, istriku.
Tapi memang aku tak punya saksi kecuali hatiku sendiri.
Yang bisa aku saksikan hanya kejujuranku.
Yang kadang kau tanggapi sebagai gombal dan rayuan.
Tapi tak apa.
Resiko orang yang tidak pernah menulis buku sejarah adalah dilupakan oleh sejarah itu sendiri.

Istriku,
Aku mungkin belum bisa mengingat sepenuhnya bagaimana masa SMA-ku.
Tapi yang pasti, kau sungguh sangat agung dibandingkan diriku sendiri.
Dan itu pastilah menjadikanku orang yang sangat wajar untuk tetap mengagumimu.

Begitu pula ketika kita kuliah, istriku.
Kita memang beda kota. Aku di Malang.
Tapi entah mengapa dulu hatiku selalu terikat dengan Surabaya?
Dengan banyak sebab dan alasan.

Aku tidak tahu, adakah dulu malaikat yang membuntuti langkahku?
Yang mengabariku pesan halus bahwa Surabaya adalah kota keramat dan penuh arti?
Dan aku terlalu penuh dosa dan naif untuk menyadari bahwa di kota itu ada kamu.
Aku tidak pernah sadar itu.

Andai takdir itu bisa dibaca dari masa kini untuk masa lalu.
Atau andai takdir itu bisa dibaca dari masa kini ke masa depan.
Mungkin setiap manusia akan tertawa, menangis dan tertegun.
Betapa skenario Tuhan begitu kompleks dan rumitnya.

Semua baru aku sadari sekarang.
Usaha sebesar apapun tak akan jadi, tanpa restu-Nya.

Aku pernah mencoba membuat jalan.
Tapi nyatanya, jalan itu menuju titik yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

Dan pada akhirnya, aku jadi hanya terpana.
Bahwa jalan itu adalah jalan yang sudah aku kenal sebelumnya.
Tapi pada saat aku membuatnya, aku tak pernah sadar bahwa ada garis samar di sana.

Takdir telah mempertemukan kita.
Kita telah menciptakan jalan untuk bertemu.
Seolah-olah kita benar-benar merintis jalan itu.
Padahal jalan itu adalah jalan azali.
Jalan yang sudah tertulis jauh hari sebelum kita terlahir di sini.

Istriku,
Aku ingin tetap bersamamu, hingga hari akhir nanti.
Hingga jalan yang tak berujung di alam yang bukan dunia.
Kita sekarang masih merintis jalan itu.
Kelak kita akan tahu bagaimana rupa jalan itu.

Jakarta, 2 Maret 2010

Ada yang Beda

Ada yang kurang hari ini, aku tak menciummu pagi tadi..
Ada yang tak lengkap hari ini, aku lupa mengucap cinta di awal hari..
Ada yang beda hari ini, tak ada kau menemaniku di sini..

Jakarta, 1 Maret 2010

Minggu, 21 Februari 2010

Benar Tidak Benar

Benar bahwa Bali itu indah.
Benar bahwa Jogjakarta itu menawan.
Benar bahwa Bandung itu memukau.
Tapi semua itu tidak benar tanpa kau di sampingku.

Jakarta, 22 Februari 2010

Melukismu

Melukismu..
Tak perlu semua warna. Cukup hitam putih saja.
Tak perlu realis. Cukup sketsa.
Tak perlu tiga dimensi. Cukup bayang-bayang.
Kau tetap anggun..

Jakarta, 21 Februari 2010

Kamis, 18 Februari 2010

Benih CInta

Benih itu bernama cinta.
Dia akan tumbuh jika dijaga.
Atau mati jika ditinggal saja.

Sirami dengan air setia.
Taburi dengan pupuk mesra.
Siangi dari rumput curiga.

Perlahan kita nikmati indahnya.
Kelak kita petik buahnya.

Jakarta, 18 Februari 2010

Selasa, 09 Februari 2010

Aku Rindu Minum Kopi

Aku rindu berdiskusi denganmu, kawan.
Seperti seorang veteran yang rindu berkumpul dengan rekan sekompinya waktu berperang melawan kompeni di masa penjajahan.

Aku rindu minum kopi denganmu, kawan.
Seperti seorang serdadu yang rindu saat berjuang menjaga sesama dan penduduk pada masa sebelum kemerdekaan.

Aku rindu pada kesetaraan kita.
Aku rindu pada impian dan tujuan kita.

Aku kini hidup di dunia yang serba berbeda.
Aku kini hidup di jaman dimana aku dianggap tua.

Aku ingin jelaskan pada mereka bahwa aku tidak sendiri.
Aku ingin tunjukkan bahwa ada kamu yang menemani.


Jakarta, 10 Februari 2010

Aku Bersaksi..

Dalam setiap panggilan itu, aku bersaksi.
Pada semua tanda-tanda itu, aku percayai.
Tentang seluruh ketentuan itu, aku imani.
Aku mendengar. Aku mengikuti.
Kau, Dzat Yang Maha Suci..

Jakarta, 10 Februari 2010

Senin, 08 Februari 2010

Cita..

Menyimpan cita di langit terang.
Membuang luka di palung kelam.
Bersama senyum, asa dan doamu..

Jakarta, 9 Februari 2010

Minggu, 07 Februari 2010

Kita dan Dia Sempurna..

Ada cinta, berbalas rela, terasa bahagia..
Ada rindu, berbuah mesra, menjadi syahdu..
Ada sayang, berbalas setia, terasa tenang..
Ada kita, berbuah dia, menjadi sempurna..

Jakarta, 7 Februari 2010

Jumat, 05 Februari 2010

Ziarah

Wahai kau peziarah pencari hikmah.
Datanglah ke pusara pujangga.
Kau kan temukan nisan bertuliskan nama indah.
Di atas gundukan tanah merah basah dengan doa.
Dan taburan bunga kata-kata.

Jakarta, 5 Februari 2010

Olehmu Saja..

Aku rindu dirindui.
Aku ingin diingini.
Aku cinta dicintai.
Aku mau dimaui.
Olehmu saja..

Jakarta, 4 Februari 2010

Rabu, 03 Februari 2010

Itu adalah kamu..

Indah itu bukan warna.
Merdu itu bukan nada.
Itu adalah kamu..

Pamekasan, 31 Januari 2010

Kamis, 21 Januari 2010

Alam..

Ikutlah denganku ke tepi pantai atau ke bukit landai.
Akan kuajari kau bagaimana menikmati alam.
Tetaplah disana hingga kau masukkan semua udara.
Dari bau pasir yang asin dan rumput yang mengering.

Catatlah dalam ingatanmu putih-biru dan kuning-hijaunya.
Lukiskan kembali di kamarmu dalam sketsa atau kata-kata.
Lalu kau baca pelan pada kekasih atau teman.
Biarkan mereka mengembara dalam imajimu.

Dan tinggalkan mereka dalam rindu.

Jakarta, 22 Januari 2010
(untuk Fauzi yang sendiri sakit dalam kamar)

Rabu, 20 Januari 2010

Puisiku..

Pada malam ketika kusendiri.
Aku merasakanmu hadir di sini.
Berdiri tersenyum melihatku begini.
Menulis untukmu bait puisi ini.

Jakarta, 20 Januari 2010

Cinta Alami..

Kamu tahu saat paling kubenci?
Ketika menunggumu dalam satu janji.
Bukan karena bosan.
Tapi karena kuharus mengulang-ulang.
Setiap kalimat dan sikap yang harus kutunjukkan.

Aku lebih suka pada yang alami.
Tiada hipokrisi dan dramatisasi.
Semua berjalan apa adanya.
Itulah sesungguhnya cintaku padamu.
Datang begitu saja tanpa kutahu bagaimana.

Jakarta, 20 Januari 2010

Kristal Cinta..

Di antara taman bunga, dia adalah kupu-kupu, terbang lincah memperindah warna.
Di atas laguna, dia adalah angsa, berenang pelan mensyahdukan alam.

Saat pesta, dia adalah kembang api, menabur letupan cahaya pelangi.
Pada makan malam, dia adalah lilin, menari anggun memperkilau gaun.

Dia adalah strawberi. Dia adalah mutiara.
Dialah buah hati kita. Kristal cinta di rumah dan di jiwa.

Mari bangun istana mungil untuknya..

Jakarta, 20 Januari 2010

Selasa, 19 Januari 2010

Takdir..

Kalau bukan karenamu, tak kan kuberjalan sejauh ini.
Bertaruh waktu, demi sebaris mimpi.
Mimpi jalan denganmu, hingga jauh dalam baris waktu.
Waktu yang berjalan, sejauh mimpiku tentangmu.

Kini aku, kamu, waktu dan mimpi itu, pada satu baris jalan.
Jalan bernama 'takdir' yang telah tentu..

Jakarta 20 Januari 2010

Senin, 18 Januari 2010

Takdirku denganmu..

Tak ada yang bisa menghalangiku untuk mendapatkanmu.
Manusia, alam dan waktu akan kuhadapi dengan ilmu dan akalku.
Bahkan takdirpun akan kurayu dengan doa dan usahaku.

Kini kau tahu bahwa aku benar-benar ingin memilikimu.
Bersama manusia, alam dan waktu, kita akan menciptakan takdir itu..

Jakarta, 19 Januari 2010

Cintamu..

Seperti malam mempersembahkan embun pada fajar.
Begitu bening dan segar.
Seperti itu kau memberiku cinta.
Begitu setia tanpa sela.

Seperti sore menyajikan senja pada petang.
Begitu hening dan kemilau.
Seperti itu kau menyuguhiku kasih.
Begitu murni tanpa segi.

Cinta sucimu telah kuselami.
Kasih tulusmu telah kurebahi.

Dan aku tidak ingin pergi lagi..

Jakarta, 19 Januari 2010

The Mirrors..

The more we put mirrors around our body, the more we can see our shapes.
The more we meet and talk to the people, the more we know our self.
Love and friendship tell us the truth..

Jakarta, 16 Januari 2010

Sabtu, 09 Januari 2010

Kamu Itu..

Soal cantikmu, semua orang tahu.
Perkara cerdasmu, semua mengakuimu.
Ihwal baikmu, semua berkata begitu.
Serta berbagai perangkat yang ada padamu.
Tapi perlu kau tahu, cintaku bukan karena itu.
Hanya karena ketika bersamamu ku tak pernah jemu.
Itu mengapa aku tidak bisa tidak ingin selalu bersamamu.
Kau pun tahu, tak ada cara lain bagiku: memilikimu.
Dan yang kuminta hanya satu, kau rela untuk itu..

Jkt, 9 Januari 2010

Hidup adalah Cakrawala..

Hidup adalah cakrawala.
Tak ada batas nyata..
Luas dan jauhnya pada mata kita.
Mudah dan sulitnya pada akal kita.
Indah dan suramnya pada hati kita..

Jakarta, 9 Januari 2010

Selasa, 05 Januari 2010

Rumah..

Liburan terindah, adalah, pulang ke rumah..
Ada relaksasi, ada inspirasi..
Ada kreasi, ada imaji..
Di rumah, kubangun dunia dan kutulis sejarah..
Untuk aku, kamu, dia, mereka dan kita semua..

Jakarta 4 Januari 2010