Minggu, 09 Desember 2018

Berdua Saja

Aku rindu saat berdua denganmu saja
dimana ruang dan waktu adalah milik kita
tak ada riuh atau obrolan tak penting lainnya

Aku ingin berdua denganmu saja
dimana kau bisa menagkap seluruhku
tak ada distorsi atas ucap dan tatap

Aku ingin berdua denganmu saja
dimana kesungkanan tak punya tempat
yang ada hanya ketulusan dan kepolosan


Rabu, 28 Maret 2018

Papa Jack



Hadari, lebih sering dipanggil Jack, adalah kawan saya SMP. Kami sekelas di 3A SMPN Larangan. Jack dikenal selain karena paling jangkung seangkatan, juga karena gayanya yang luwes, blak-blakan dan apa adanya. Di SMP dia tidak suka bolos, tapi super berani tengkar. Jangankan teman sekolah, pada yang lebih tua dia berani. Pernah dia disuruh berdiri oleh Pak Nuruddin (guru bahasa Inggris) karena tidak bawa buku. Setelah berdiri 5 menit, dia duduk. Waktu ditegur, dia jawab: “Saya capek, Pak”. Pak Nuruddin pun diam saja.

Dia senang bernyanyi. Saya ingat dulu dia punya kaset album Tenda Biru Desy Ratnasari. Tape-nya adalah tape kotak. “Mirip kompor gas berdiri” kata Kusnaidi. Saya, Kusnaidi, Anang, Ibnu sering ke rumahnya, bawa kaset. Dengarkan music di sana, merekam suara, dan sebagainya. Tapi sebenarnya agenda kalau ke Jack adalah masak mie instan, makan degan, atau potong rambut. Jack pintar memotong rambut. Kami semua langganan ke dia. Modelnya selalu terbaru, dan gratis tentunya.

Kalau sekarang terkenal Dylan 1990 dengan motor Honda CB, dulu Jack 1996 juga terkenal dengan RX-Special punya ayahnya. Jack baru ganti FIZ chrome menjelang lulus SMP, sebuah kado kelulusan sekolah dari ortunya. Waktu itu teman diskusinya tentang motor adalah Bahrud, Anang atau Mulyadi. Kelak ketika SMA saya sering ikut Jack. Walau SMA kami beda, Jack sering antar saya pagi-pagi ke SMA 1. Saya sungguh hutang banyak budi pada dia.

Kelas 2-3 SMA kami sudah jarang kumpul, karena perkawanan sudah beda. Tapi kami akhirnya kumpul lagi saat kuliah. Saya, Ibnu dan Jufri kuliah di Unibraw, sementara Jack di SOB. Kusfan di El-Rahma, dan Anang di UMM. Kami tinggal satu kamar berempat di kos-kosan yang sungguh mengenaskan. Penuh ayam dan air ledeng yang terbatas. Kami tetangga kos dengan Salim. Tahun 2000 Jack kuliah S1 di Uniga. Kusfan di UM. Jufri pindah kos, saya dan Ibnu tetap sekamar.

Tahun 2004-2005 kami (saya, Ibnu dan Jack) satu kos lagi di dekat Uniga. Di saat itu, sebelum kuliahnya selesai, Jack ikut Pilkades, menerima permintaan warga sekitar yang menokohkan ayahnya. Saya lihat saat coblosan. Jack menang. Dia sah sebagai kepala desa Sendang, Kec. Pragaan, Kab. Sumenep 2004-2012. Saya ingat, saya dan Salim diajak ke rumahnya untuk memberinya masukan tentang membangun desa. Saat pelantikan, karena seragam putih-putih, maka sepatu harus putih. Karena di Pamekasan Sumenep tidak ada sepatu pantofel putih, akhirnya dia pake sepatu putih tipe sport (sepatu hanggar, sol tipis, bukan sepatu ket).

Waktu saya di Jakarta 2007 Jack hubungi saya. Katanya dia sidang di MK tentang konflik tanah. Sayang sekali kami tidak berjumpa di Jakarta. Sejak itu, lama sekali saya tidak jumpa Jack. Padahal dulu saat masih SMP sering sekali. Bahkan pernah saat Idul Fitri siang hari, saya ke rumahnya, sementara dia baru saja antar tunangannya (sepupunya sendiri, tapi tidak jodoh).

Tahun 2015 saya ketemu lagi Jack di Pamekasan dengan Klebun Sipul, Kusfan dan Salim. Lalu gak jumpa lagi. Tahun 2018 ini special, karena Jack tiba-tiba hadir dalam grup WA SMP. Dia meramaikan WAG dengan canda, lagu dan fotonya. Dia cerita tentang anak-istri dan hidupnya. Dengan pengalamannya yang luar biasa di politik desa, bisnis tambak, atau asmaranya, saya merasa masih seperti anak kecil, perlu banyak dengar nasehat darinya. Sering dia ajak teman di grup untuk solat dan sedekah. Dia sangat dewasa. Karena hormat, saya rasa ada baiknya saya panggil dia Papa Jack, nama yang pas untuk raganya yang dewasa dan jiwanya yang bijaksana.

Welcome back, Papa Jack!
Surabaya, 280318