Inisial MIZ, mahasiswa asal P, Kota TS, Provinsi B. Ada dua kasus;
1) Sering membayangkan masa lalu yaitu berandai-andai jika saja dulu tidak melakukan ini, atau sebaliknya, jika saja dulu melakukan ini. Saat ini MIZ berada dalam kondisi antara enjoy dan tidak kuliah di Ekis, karena dirinya merasa minat bakatnya di desain visual (digital art) dimana dia sering menang lomba dan punya banyak portofolio. Tapi karena ortu (papa mamanya) nyuruh kuliah yg ada bisnis dan islamnya, maka pilihan satu-satunya adalah Ekis Unair. Dia membayangkan bisa kuliah di psikologi atau Ilmu komputer (seperti kakak kandungnya yg sudah lulus dan langsung kerja dgn gaji besar). MIZ berandai jika saja dulu bisa meyakinkan ortunya utk kuliah desain.
2) Tidak bisa lepas dari role model yang sempurna dalam hidupnya, yaitu a. kakak tingkatnya di SMA, b. kakak kandungnya, dan c. papanya. MIZ menganggap 3 orang ini adalah contoh sempurna orang sukses,, da MIZ tidak yakin apakah dia bisa menjadi sesukses ketiganya. MIZ tidak yakin apakah bisa menjadi diri sendiri yang totally berbeda dari ketiganya. Dia ingin melepas bayang-bayang 3 orang ini, namun selalu terbawa pikiran utk tetap meniru ketiganya, namun tidak bisa (ini yg membuatnya tambah jengkel), baik pola hidup, perencanaan, cara belajar, dsb.
Penanganannya adalah sebagai berikut:
Untuk masalah pertama, saya memberikan tips bahwa penyesalan terhadap masa lalu (membayangkan andai jalan hidup berbeda) adalah dengan cara mensyukuri apapun kondisi hari ini, menganggapnya sebagai anugerah (karunia Tuhan) yg mungkin tidak dimiliki orang lain (dan orang lain menginginkannya). MIZ harus bisa melihat hari ini sebagai kebaikan, sehingga apapun jalan di masa lalu yg menuju kepada hari ini harus dianggap sebagai skenario Tuhan, baik masa lalu itu mengenakkan, atau masa lalu yg menyakitkan. Misalnya, bersyukur bahwa kuliah di Ekis FEB, dimana dosennya enak, mahasiswanya kalem baik, dan suasana kampus Unair sangat nyaman, lalu bayangkan sebaliknya, andai saja kuliah di prodi dan kampus lain, maka bisa jadi kondisinya terbalik, yaitu serba tidak nyaman. Jadi tipsnya adalah mengubah 180 derajat, dari membenci hari ini menjadi bersyukur atas hari ini. Dari mengutuk masa lalu menjadi bersyukur atas tahapan masa lalu. Caranya adalah dengan mengarifi takdir, berdamai dengan masa lalu, optimis terhadap masa depan.
Untuk masalah kedua, saya memberikan tips agar memperluas perspektif. Mencari tokoh lain yg sama suksesnya (kateori dan indikatornya, misal jabatan, harta, dll) namun dengan cara yg berbeda. Misal, dosen A, Prof B, jadikan role model baru, kalau perlu, cari sebanyak mungkin, sehingga MIZ memiliki banyak referensi jalan dan proses sukses, tidak hanya terpaku pada 3 orang tadi. Dengan semakin banyak mengetahui kisah sukses orang lain, MIZ akan punya panutan baru, yg bisa jadi berbeda jauh dari 3 orang sebelumnya. Saya memberikan banyak contoh baik artis, dosen maupun tokoh nasional yg mana jalan suksesnya berbeda, baik cara mencapainya, kecepatan pencapaian, ataupun tingkat kesulitan yg dialami. Dengan memperluas wawasan, maka hantu kungkungan tokoh tertentu akan tertepis.
Tingkat kesuksesan:
Saat saya minta MIZ untuk lebih optimis menjalani kuliah, MIZ bilang akan mencoba. Saya minta untuk lebih ceria dan terbuka terhadap peluang, misal terbuka pada tawaran aktif di organisasi (saat ini MIZ aktif di BEM dan UKM lain), dari anggota biasa menjadi pengurus. Dengan aktif, maka akan banyak teman, dari banyak teman jadi banyak perspektif. Saya minta untuk senyum, MIZ tersenyum walau tidak penuh. Saya tawarkan untuk konseling beberapa kali, dia bersedia. Bahkan siap ikut kelas saya untuk matakuliah yg sama yg sedang dia ambil dengan dosen lain (untuk menambah pendalaman jika waktunya tidak bentrok)