Rabu, 16 Desember 2009

Jam Belajar dan Bekerja di China


Semangat belajar pelajar di Nanning, Guangxi, China sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan ketat dan banyaknya jadwal pelajaran yang harus mereka tanggung dalam seminggu. Untuk murid SD dan SMP, mereka harus masuk dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Di antara jam belajar tersebut ada jam istirahat bagi mereka yaitu dari jam 12 siang sampai jam 3 sore. Total jam pelajaran mereka sehari adalah 7 jam. Pada malam hari, sebagian besar dari mereka masih harus mengambil kursus seperti bahasa Inggris, matematika dll. Walaupun tidak setiap hari, paling tidak tiga kali dalam seminggu.

Siswa SMA saya pikir memiliki beban serupa bahkan lebih berat. Mahasiswa juga tidak jauh berbeda. Bahkan mereka masih diwajibkan dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti olah raga, marching band dsb. Mereka juga memiliki jam istirahat yang sama yaitu dari jam 12 siang sampai jam 3 sore.

Kebiasaan istirahat 3 jam pada siang hari ini tidak berlaku pada semua daerah di China. Hanya sebagian saja, terutama pada daerah selatan dimana cuacanya lebih panas daripada daerah utara. Juga menjadi kebiasaan daerah yang belum begitu maju. Provinsi dan kota yang sudah maju tidak menerapkan kebijakan tersebut mengingat kondisi lalu lintas dan pola hidup yang sudah sangat padat dan heterogen tidak memungkinkan diterapkannya kebijakan ini.

Beijing, misalnya, sebagai ibukota negara, kota ini sangat padat penduduk. Banyak sekali kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan raya. Pada awalnya, kebijakan istirahat siang diberlakukan, namun belakangan dihapus. Tiga jam yang sedianya diperuntukkan untuk makan siang dan istirahat tidak efektif di Beijing, karena masyarakat kota ini terjebak pada kemacetan dan lambannya lalu lintas kota. Sehingga jam kerja di Beijing tetap sama seperti di kota-kota besar dunia lainnya, yaitu istirahat 1 jam pada siang hari.

Nanning sebagai kota yang baru berkembang masih mengikuti pola tradisional dimana para penduduknya bersekolah atau bekerja di tempat yang tidak jauh dari rumahnya, juga lalu lintas yang tidak begitu sibuk, sehingga jarak tempuh dari sekolah/kantor ke rumahnya maksimal 30 menit.

Istirahat 3 jam pada siang hari tersebut digunakan oleh penduduk sebagai waktu bagi mereka untuk makan siang dan tidur siang. Ada pula yang menggunakannya untuk jalan-jalan saja. Pola makan penduduk China sangat konstan. Mereka biasa makan pagi pada pukul 8, makan siang pada pukul 12 dan makan malam pada pukul 6. Begitu pula dengan jenis makanan dan minumannya. Di meja makan pasti tersedia teh pahit (tanpa gula). Tradisi tersebut secara turun-temurun dari dulu hingga kini masih terjaga.

Lalu apa fungsi dari makan siang dan tidur siang bagi mereka? Mereka makan siang di rumah mereka sendiri. Tujuannya adalah sebagai sarana mereka berkumpul dengan keluarga. Banyak pasangan yang sudah menikah masih makan siang di rumah orang tua si perempuan. Ini mereka jaga agar kekerabatan antar keluarga tetap terjaga. Adapun tidur siang mereka lakukan agar ada masa istirahat bagi otak. Hal ini penting karena otak juga mengalami masa-masa jenuh terutama pada saat siang dimana panas matahari sedang tinggi dan kita sedang kenyang, sehingga otak tidak optimal lagi dalam bekerja.

Bahkan saking tingginya perhatian masyarakat China pada optimalisasi otak, mereka setiap jam belajar sudah berlangsung 45 menit, akan menerapkan istirahat dalam kelas selama 10 menit. Siswa menggunakan istirahat ini untuk memejamkan mata, merebahkan kepala, mendengarkan musik atau tidur sungguhan. Ada pula yang keluar kelas untuk mengambil udara, minum air, makan snack dan sebagainya.

Sebagai suplemen makanan penambah gizi untuk otak, mereka biasa mengkonsumsi tumbuhan biji-bijian, rasanya seperti kacang, bentuknya seperti otak. Teman saya bilang di Indonesia namanya biji kenari. Tingkat konsumsi masyarakat pada biji cukup tinggi. Biji ini berkulit agak keras. Untuk mengkonsumsinya kita terlebih dahulu harus memecah kulitnya dengan cara menekan atau mematuk kulitnya dengan benda keras. Biji ini dipercaya mampu menambah kekuatan otak. Benar atau tidak, saya tidak tahu.

Jakarta, 17 Desember 2009

Tidak ada komentar: