Jumat, 24 Juli 2009

Permasalahan dan Cara Menghadapinya

Seringkali saya temukan teman saya mengeluh tentang persoalan dan masalah hidup yang dihadapinya. Dia mengaku telah banyak mendapatkan masalah. Dia butuh teman untuk curhat, bahkan dia merasa tidak mampu menghadapi masalah tersebut, sehingga kadang perlu mengambil langkah ekstrim untuk memecahkannya.

Teman saya di Sumatera Barat, mengaku bahwa tempat kerjanya sudah tidak enak lagi. Semua karyawan di sana, bahkan manajernya, tidak suka sama dia. Dia ingin keluar. Dan benar, satu bulan setelah pernyataannya itu, dia keluar dari kantor tersebut. Saya lihat bahwa ini adalah solusi ekstrim. Sebenarnya tidak perlu sampai sejauh itu dalam menyelesaikan masalah. Ada jalan moderat dan jalan tengah yang bisa ditawarkan.

Kembali ke teman saya di Sumbar tadi, dulu saya sarankan agar dia tenang dan santai saja menghadapi rekan-rekan sekantornya. Tidak perlu terlalu panic. Semua permasalahan muncul karena perbedaan pola pandang atas suatu fenomena. Jika antar elemen sepakat dan sama atas satu hal, maka apapun kondisinya, tidak akan menjadi masalah.

Nah, langkah mudah untuk santai dan tenang adalah kita selaraskan dulu diri kita dengan orang lain. Jangan memaksa orang lain untuk selaras dengan kita. Kita laksanakan dulu, baru minta orang lain melaksanakan. Menyelaraskan diri kita dengan orang lain tidaklah sulit. Kita tinggal membayangkan diri kita berada dalam posisinya. Kalau kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa kita dimarah-marahi oleh bos kita yang melihat kinerja kita yang kurang cepat, maka bayangkan saja bahwa anda menjadi bos tersebut dan menghadapi anak buah yang bekerja lambat, maka pasti anda akan mengerti mengapa si bos tadi marah-marah pada anda.

Cara lain adalah dengan menyadari bahwa hidup dan sifat kita berbeda dengan orang lain. Anggap saja bahwa orang yang tidak cocok dengan kita adalah orang yang belum memahami diri kita. Jadi sekarang tugas anda untuk menjelaskan pada mereka siapa diri anda. Tidak perlu merasa paling benar. Semua orang berpeluang salah dan berpeluang benar. Jadi bisa jadi anda yang benar, atau dia yang benar. Tidak mungkin keduanya salah dan tidak mungkin pula keduanya benar. Pasti ada salah satu yang benar, dan pasti ada salah satu yang salah.

Toleransi, itulah kata yang tepat untuk melukiskan bagaimana cara kita memahami perbedaan antar kita. Ketika kita sedari awal sudah sadar bahwa tiap orang berbeda dan berpeluang yang sama untuk benar dan salah, maka saya yakin kita mudah memahami orang lain.

Cara lain adalah evaluasi diri. Jangan sampai terlalu mengklaim bahwa hanya diri andalah yang benar. Coba tinjau kembali sikap dan perbuatan anda. Bisa jadi sikap anda sebelumnya telah membuat orang lain jengkel. Jika anda sudah bisa menemukan sikap anda, maka saya yakin anda akan tersenyum. Tidak akan reaktif menghadapi orang yang marah-marah pada anda.

Selamat mencoba..
Jakarta, 25 Juli 2009

Tidak ada komentar: