Jumat, 17 Juli 2009

Semalam di Singapura (2): "Little India"


Tulisan Kedua..

"Little India"

Kawasan ini disebut sebagai India Kecil karena memang disinilah banyak tinggal orang-orang keturunan India. Mereka tinggal dan lalu lalang di kawasan ini. Pusat perbelanjaan dan restoran di sana menawarkan produk-produk sebagaimana dijual di India. Satu pusat perbelanjaan yang terkenal adalah MUSTAFA CENTER. Ini adalah sebuah supermarket amat besar. Semua kebutuhan sehari-hari ada di sana. Mulai dari pakaian, makanan, perhiasan, cinderamata dan sebagainya. Sebagaimana namanya, supermarket ini dimiliki oleh orang India. Lucunya, banyak juga karyawannya yang berasal dari etnis cina. Mereka bahkan menjadi tukang sapu dan cleaning service-sebuah pemandangan yang aneh di Indonesia.

Itulah Singapura dengan segala keunikannya. Negara ini tidak demokratis karena pemerintahannya otoriter. Tapi kehidupan di sana sangatlah demokratis. Tidak ada yang bertengkar sampai anarkis. Paling banter mereka hanya adu mulut. Malam itu saya lihat dengan mata kepala sendiri seorang perempuan marah-marah pada pasangannya, sampai bentak-bentak. Tapi si laki-laki tidak kuasa melakukan apapun kecuali hanya membentak juga. Kalau di Indonesia, mungkin sudah terjadi insiden pemukulan.

Saya makan malam di sebuah restoran vegetarian India. Ketika melihat menu makanan, saya sangat tergiur dengan warna dan aromanya. Ketika makanan datang, saya mencicipi, dan.. alamaaak.. rasanya benar-benar aneh. Dalam bayangan saya, Kare India tidak jauh beda dengan Kare di Aceh, tapi ternyata saya salah. Alhasil, saya hanya memakannya 40%. Sisanya saya tidak mampu. Satu hal yang saya ingat dari promosi restoran tersebut adalah kalimat berikut (setelah saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi begini):
"Sayur-sayuran: rahasia kekuatan gajah, rahasia ketangguhan kuda, ....". Satu kalimat lagi saya lupa. Hal menarik lainnya adalah, banyak juga pengunjung dari etnis cina yang turut belanja makanan di restoran ini.

Berjalan di Little India memang serasa berada di New Delhi atau Mumbay. Perempuan yang berjalan di kawasan ini banyak pakai Sari. Laki-lakinya lebih memilih pakaian formal dinas. Mereka tetap seperti orang india kebanyakan, kulit hitam kumis tebal dan tubuh tinggi. Lalu lintasnya juga sedikit macet. Banyak mobil di parkir di pinggir toko, sehingga pejalan kaki harus rela berdesakan dengan kendaraan yang lalu lalang. Tapi seperti saya bilang, indahnya Singapura adalah, tidak ada kegaduhan, mereka semua damai. Jarang bertengkar.

Di Mustafa Center saya membeli cinderamata kaos oblong (T-shirt) dan gantungan kunci dari bahan karet. Harganya cukup mahal, tapi untuk ukuran Singapura mungkin murah. Beberapa barang yang terbilang murah di Mustafa Center adalah parfum import dan jam tangan. Ketika saya hitung dalam rupiah, ternyata memang sangat murah. Jam tangan merek Jepang di sana seharga 300 ribu-an, sedangkan di Indonesia mungkin mencapai 400ribu sampai 500ribu. Sedangkan untuk parfum, saya tidak tahu persis murahnya berapa. Tapi dari antusiasme pengunjung (yang rata-rata berasal dari Indonesia) memburu parfum tersebut, bisa disimpulkan bahwa harganya murah. Kesimpulan ini juga dilengkapi dengan informasi dari teman saya baik yang di Jakarta maupun yang asli Singapura.

Jakarta, 17 Juli 2009

Bersambung ke Tulisan Ketiga..

Tidak ada komentar: