Kamis, 30 Juli 2009

Menulis Esai itu Mudah (1)

Kurang lebih Ignas Kleden pernah berkata bahwa esai itu adalah obrolan yang dituliskan. Pembicaraan ringan yang kemudian disalin dalam bentuk kalimat tertulis, sehingga menjadi lebih sistematis. Esai bukan karya ilmiah yang menuntut kajian objektif berdasarkan sumber yang valid dan sahih, tapi esai juga bukan sebuah sajak yang merupakan karya imajiner dari sang penulis dimana subjektivitas menjadi dasar utama. Esai berada di antara keduanya. Antara objektif dan subjektif.

Banyak kalangan menganggap esai itu sebuah aktivitas yang menyenangkan, karena kita tidak perlu mengernyitkan kening untuk berpikir dan menulis serius. Tidak pula harus terbang di atas batas hayal. Esai tetap berpijak pada realita dengan tetap memperbolehkan penulisnya mengandaikan sesuatu. Esai adalah perpaduan antara otak kanan dan otak kiri.

Esai menggambarkan sesuatu dengan sentuhan pribadi sekaligus menjaga jarak dengan objek tulisan. Tarik ulur, mendekat menjauh dari objek tulisan menjadi kekuatan esai. Kedekatan penulis terhadap objek esai menjadi penentu sejauhmana kualitas objek digambarkan. Kemampuan penulis menjaga jarak dari objek juga menjadi kekuatan penulis untuk menjelaskan pada pembaca bahwa penulis objektif.

Ada yang bilang bahwa menulis esai itu diawali dari otak kanan lalu bergerak secara bergantian ke otak kiri. Berbeda dengan puisi yang sepenuhnya menggunakan intuisi, serta karya ilmiah yang sepenuhnya mengkonfrontir validitas dan kesahihan, maka esai membebaskan penulis dari belenggu keduanya. Esai membebaskan penulis untuk bergerak lincah dari kiri ke kanan, dari intuisi ke referensi pasti.

Rata-rata esai berupa penggambaran seseorang dan karyanya (biografi), karena memang dalam esai biografis ini penulis memiliki banyak waktu dan celah untuk melukiskan tentang objek. Berbeda dengan peristiwa dan tempat atau waktu. Dalam peristiwa, tempat dan waktu, penulis terkungkung pada objek yang mati dan tidak human. Dalam biografi, penulis bisa dengan mudah mengeksplor dan menggali humanisme objek. Banyak sekali sisi kemanusiaan yang bisa dengan fleksibel digambarkan. Apalagi objek tulisan tersebut memang berisi manusia yang secara nyata berinteraksi dengan penulis. Tafsiran dan interpretasi atas objek sangat luas dan elastis.

Mulailah menulis esai dengan menggambarkan seseorang. Mulailah dari biografi singkat. Gambarkanlah sosok objek semampu yang kita buat.

(bersambung ke tulisan bagian 2)

Jakarta, 30 Juli 2009

Tidak ada komentar: