Rabu, 18 Maret 2015

HANZ

“Kakak, Sbgai info tdi siang sy uda selsai pendadaran. Puji Tuhan kk sy uda dinyatakan lulus cuma nilainya nnti dikasih”. SMS tersebut saya terima kemarin petang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Pamekasan. Saya membalas dengan ucapan selamat-sukses-bahagia. Lalu saya pejamkan mata dan tujukan pikiran pada satu sosok yang saya kenal 5 tahun silam. //

Hans Yeheskel Malak namanya, dari Sorong, Papua Barat. Ia mendaftar di Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Januari 2010 (angkatan 42). Karena satu dua hal ia tidak lulus matrikulasi dan harus mengulang pada trimester berikutnya bersama mahasiswa baru angkatan 43, angkatan saya. Sejak April 2010 itulah saya kenal akrab dengannya. //

Ia lalu lulus matrikulasi dan mengambil konsentrasi Pembangunan Daerah (PD) bersama saya dan 10 kawan lain. Hanz, demikia ia menulis namanya, sering belajar bersama dan satu kelompok bersama saya di beberapa matakuliah. Ia rajin hadir, bertanya dan menyumbang pikiran. Pada beberapa hal yang tak dipahaminya, tak sungkan ia meminta kami mengulang dan membriefing lebih intensif. //

Sebagian besar angkatan 43 lulus tahun 2012-2013, dan Hanz baru lulus tahun ini. Sebuah perjuangan panjang baginya yang punya banyak aktivitas tambahan. Saat saya lulus, sebenarnya Hanz tinggal 4-5 matakuliah, namun karena sibuk, ia jarang fokus. Nilainya jatuh utamanya karena persoalan absensi. //

Di luar kampus Hanz jago dalam banyak hal, mulai futsal, nyanyi, ngopi atau “stand-up comedy”. Ia hafal banyak Mop Papua, dan kami tertawa oleh gayanya bercerita. Setiapkali jalan-jalan ia yang pertama kali mendaftar. Ia sering membanggakan ziarahnya ke tiga makam mendiang presiden RI. Konon ketika baru tiba di Yogyakarta ia segera ke Candi Borobudur dan langsung menelpon guru sejarahnya bahwa ia sudah tahu salah satu keajaiban dunia. //

Sejak lulus awal 2012 saya baru berjumpa lagi dengannya akhir 2014. Hanz memperkenalkan istrinya –gadis Solo– yang ia nikai Agustus 2013 lalu. Saat itu ia sudah menggarap proposal tesis, dan saya sempat memberi saran teknis seperti penyajian grafik dan kesalahan ketik. Pembimbingnya adalah Bapak Wahyu Widayat yang terkenal sabar dan telaten. //

Hanz sangat dikenal di MEP, baik oleh dosen, staf maupun mahasiswa. Teman sekelasnya mulai dari angkatan 42 hingga 48. Ia yang paling sering menghadap bagian akademik dan keuangan. Diantara semua anak 43, mungkin Hanz-lah yang paling unik, dan kabar kelulusannya paling membuat penasaran. Sebagai mahasiswa 43, Hanz menyelesaikan masternya persis 5 tahun. Waktu yang wajar untuk orang sesibuk Hanz Malak, keponakan bupati Sorong, Stepanus Malak.

Tidak ada komentar: