Sabtu, 14 Maret 2015

ÜBERMENSCH

Ia pebisnis, politisi, petualang, pembaca, atlit, game-gadget-otomotif-sport mania, ketua fansclub, motivator, orator, vote-getter, fotografer, dll. 'Ala kulli hal, ia serba bisa. Bisnisnya berangkat dari hobi, mulai layangan, aksesoris, kopi hingga elpiji. Jika orang menawarkan kerjaan padanya, di bidang apapun, hanya ada dua kata: Siap! atau OK! //

Akisah, konon obsesinya keliling dunia dengan kapal pesiar. Maka di Jember ia kuliah hubungan internasional. Rencananya setamat S1 ia masuk pelayaran. Di kampus ia terjebak lingkungan aktivis, jadilah ia demonstran. Namun mimpinya tetap membara, maka ia jaga penampilannya dengan olahraga, tidak merokok, dan ikut kursus perhotelan di Yogyakarta. //

Yang membuatnya rela melupakan kapal pesiar adalah keluarga dan lembaga survey. Ia menikah dengan Duta Lingkungan Banyuwangi di usia yang cukup muda. Di survey politik ia keliling hampir semua kabupaten di Jawa Timur sebelum ia wisuda. Syarat sebagai pengusaha cum petualang ia buktikan dengan sempurna: risk taker. //

Kini mimpinya ia persempit: keliling nusantara. Tahun 2013 dimulailah petualangan itu. Dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Kepri hingga Babel ia jelajahi hampir semua provinsi di pulau-pulau itu hanya dalam 2 tahun. Ia tinggal tuntaskan Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, maka sahlah ia menyandang predikat Boy Bolang Anak Semua Pulau. //

Pada setiap kelana, bolehlah ia alpa tugas dan berita, kecuali satu: ngopi di warkop lokal. Saking hobinya ngopi, ia punya merk kopi sendiri. Ia pun berencana menulis buku berjudul Sosiologi Kopi, sebuah buku yang secara judul sudah berkompetisi dengan buku Dewi Lestari, Filosofi Kopi. Ia akan mendeskripsikan (dengan foto dan kata) secara sosiologis-populer tentang tradisi ngopi di tiap kota yang ia singgahi. //

Di usianya yang masih 31 tahun, ia melampaui anakmuda sedaerah dan segenerasinya, baik dalam finansial, pengalaman, perkawanan, modal sosial, maupun popularitas. Di kota asalnya, Situbondo, mungkin butuh 10 tahun lagi untuk lahir putra daerah sepertinya. //

Beberapa tahun silam, saat ia masih ingin menjadi Marcopolo, ketika Jakarta belum memanggilnya, ia memiliki cita-cita yang Raditya Dika pun tak punya: bertani kiwi di New Zealand. Entah darimana idenya. Mungkin terinspirasi namanya sendiri: Zeabond. //

Pamekasan, 15 Maret 2015

Tidak ada komentar: